Wednesday 10 July 2013

[Obrolan Dapur] Sepotong Kecil Surga Diatas Mangkuk

Akhir pekan kemarin, saya berkesempatan untuk menikmati kota Jogjakarta bersama kawan-kawan, dan seperti biasa yang namanya jalan-jalan tentu saja tidak bisa lepas dari wisata kuliner. Berikut ini adalah pengalaman saya ber wisata kuliner selama di Jogja. Namun demikian postingan ini menurut saya lebih pas masuk ke obrolan dapur daripada review, so here goes the stories

Sepotong Kecil Surga Diatas Mangkuk


Selesai menikmati Jogja Fashion Week, kami berdelapan melanjutkan "petualangan" kami dengan makan malam, kali ini pilihan jatuh kepada "Wedangan Pendopo", sebuah tempat makan yang berada di sekitar keraton Jogjakarta. Seperti namanya, tempat makan ini berupa pendopo rumah tua dengan arsitektur Jawa kuno. Walaupun cuma pendopo, tapi ruangannya cukup luas juga. Yah... Kalau cuman mau futsal mah cukup lah :D

Ketika kami memasuki tempat makan ini, pandangan saya langsung tertumbuk pada gerobak di depan pendopo, yang menjual mie serta nasi goreng. Ketika teman-teman yang lain sibuk memilih aneka makanan di meja saji, saya lebih memilih untuk memesan seporsi mie kuah.

Agak lama juga menunggu, but it really is worth it. Semangkuk mie dan bihun dengan kuah berwarna putih diserta sayuran kol dan sawi serta suwiran ayam dan potongan ati ampela dengan taburan bawang goreng terhidang panas di hadapan saya.

And oh my God, I'm in heaven! Dari suapan pertama, saya merasakan rasa yang lembut dari kuahnya, perpaduan bumbu-bumbu yang pas menghasilkan masakan yang amat sangat menyenangkan untuk dinikmati, terlebih saat malam nan dingin. One of the best 30 minutes of my life, saya menikmati suguhan ini hingga hampir tak tersisa.


Cenil Nan Centil




Cenil adalah kudapan khas dari Jawa Tengah dan Jogjakarta, Cenil bisa dengan mudah kita temui di pasar tradisional atau dijajakan di pinggir jalan. Tapiii... Karena saya udah lama tidak blusukan ke pasar, maka sudah lama pula saya tidak menikmati kudapan yang satu ini. Untungnya ketika saya sampai, teman saya habis beli cenil, well... Ini yang namanya pucuk dicinta ulam tiba :D

Cenil terbuat dari tepung kanji warna-warni, berbentuk bulat lonjong (mirip telur ikan) yang direbus kemudian disajikan dengan parutan kelapa dan taburan gula halus. Di penjual jajan pasar pinggir jalan/pasar, cenil terkadang disajikan dengan makanan lain semisal ketan hitam, klepon ataupun yang lainnya (tergantung dari permintaan kita). 

Mentho Bukan Lentho

Jujur saja saya jarang atau bahkan baru pertama kali ini menemukan jajanan yang satu ini, dan sewaktu pertama kali saya melihat makanan ini terbungkus rapi di dalam daun saya pikir ini adalah bebongko pisang. Namun kemudian ibu penjual menjelaskan kepada saya bahwa makanan ini adalah mentho. Mentho merupakan kudapan khas yang bisa kita temui di kota Jogja maupun Solo.

mentho terbuat dari adonan tepung beras yang berisi cincangan daging ayam, disiram santan dan kemudian dibungkus daun pisang untuk kemudian dikukus sampai matang. Rasa dari kudapan ini adalah perpaduan dari gurihnya isian daging ayam dengan manisnya santan, paling cocok untuk teman minum teh/ kopi di pagi atau sore hari.

Oh iya, lentho sendiri merupakan camilan berupa gorengan yang berisi kacang tholo, ada yang menggunakan campuran tepung kanji dan terigu ada juga yang menggunakan parutan singkong (kapan-kapan saya posting tentang makanan ini deh).


Bagel: Perjuangan Untuk Makan


Saya pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat sarapan di hotel tempat kami menginap, rasa masakan tradisionalnya, far from my expectation. Mungkin karena di sesuaikan dengan lidah bule sehingga tidak sesuai dengan lidah saya yang suka masakan yang penuh dengan bumbu. Pada kesempatan berikutnya, ketika sarapan saya lebih memilih makanan bule seperti roti dan sebagainya. 

Pas lagi memilih makanan yang hendak di comot, perhatian saya tertumbuk pada roti yang bentuknya mirip donat dengan ukuran yang lebih besar dan (kelihatan) lebih keras. It was bagel yang saya ambil. Si mbak yang melayani cuman bengong ngeliat saya nggambil bagel, kali-kali aja dia berpikir "Seriously bapak mau makan itu?" :p

Daaaan... ternyata, bukan hanya terlihat keras, tapi emang rotinya keras, pake banget. Susah buat motongnya, pun demikian juga buat makannya, bener-bener perjuangan deh buat makan makanan yang satu ini. 

Selain keras, roti satu ini juga mengenyangkan, pake banget lagi. Satu roti saja kenyangnya bisa tahan sampai sore. 

Oh iya, ini dia tampilan dari bagel utuh, lucu yah bentuknya? :D



Creepy Restaurant

Tempat makan lain yang kami samperin adalah Warung Makan Raminten di daerah Jalan Kaliurang. Tempat makan ini bergaya tradisional jawa, dengan berbagai macam hiasan (patung, ukiran, lukisan) yang sangat Jawa. Furnitur nya pun juga mengesankan Jawa.



Makanan disini kebanyakan makanan tradisional rumahan. Plecing kangkungnya enak walaupun sedikit over cook, tumis terongnya menyenangkan walaupun agak aneh karena banyak kuahnya (baru kali ini ngeliat masakan tumis berkuah, banyak pula). Gurame gorengnya bikin tak berhenti buat mengunyah, walaupun teman-teman bilang kurang garing. Untuk makanan penutup ada es krim bakar, perpaduan antara es krim dengan roti bakar isi coklat, yang bikin rebutan sama si bos kecil :))

Untuk minumnya bisa tuh nyobain wedang sereh, perpaduan antara sereh, jahe dan gula jawa yang disajikan di gelas tinggi. Jangan khawatir dengan tampilan gelas raksasanya, karena isinya juga nggak seberapa, nggak sampai 2x gelas reguler.

Oh iya, kalau makan disini harus sabar karena pelayanannya lumayan lama, bahkan di beberapa tempat di sekitar restoran terdapat "pengumuman" yang kurang lebih isinya mohon untuk bersabar kalau menunggu lama karena pelayan disana orang bodoh.

Gudeg Mercon Yang Tidak Meledak


Gudeg mercon merupakan salah satu varian kuliner di Jogjakarta. Gudeg Jogja terbuat dari buah nangka muda yang mempunyai rasa yang manis, dan tambahan tumisan cabe yang pedasnya ampun-ampunan membuatnya menjadi mercon yang akan "meledak" di mulut. 

Berhubung perut saya udah nggak bisa menerima makanan yang super pedas, maka saya pilih yang aman-aman saya, gudeg tanpa mercon. Kalau menurut saya rasa gudegnya enak, tidaklah terlalu manis seperti gudeg ala Jogja kebanyakan, tidak ada tambahan sambal goreng seperti biasanya, hanya nasi, gudeg dan daging ayam (mungkin karena saya pesan gudeg tanpa mercon kali yak?).

After all, belinya dibungkus buat dimakan di hotel dan saya nggak ikut ke tempat yang jual, yang katanya sampai tersasar ke ujung Jogja - And thank goodness I'm not joining the hunting :))

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes