Tuesday, 12 March 2013

[Review] Waroeng Mbok Marni

Pertama kalisaya tahu tempat makan ini beberapa minggu lalu sewaktu saya berjalan-jalan di CFD. Saya pikir,

"Wah asyik nih kayaknya, kapan-kapan harus dicoba."

Dan minggu lalu sempat browsing twitter dan nemu akunnya. Satu hal yang paling menarik perhatian saya adalah foto es dawetnya. Langsung ngiler saat ini juga, kayaknya seger deh :))

Rencanya hari Minggu kemarin saya mau kesini, namun apa daya karena hujan akhirnya baru hari ini saya sempat kesini. Memasuki Walaupun namanya Waroeng, tapi penataannya modern dan bersih, ada dua pilihan tempat duduk, lesehan atau duduk di kursi. Dan bagi yang memilih lesehan tidak perlu khawatir karena disediakan lubang dibawah meja sehingga kaki tidak perlu ditekuk.

Untuk kali ini saya memesan Tumis Sawi Hijau Hot Plate, sepiring nasi dan tentu saja segelas es dawet. Agak lama juga menunggu, pesanan pun akhirnya datang juga. Aroma tumis sawi nya semerbak kemana-mana, aroma bawang membuat perut semakin kenceng dangdutan nya :))

Tumis sawi nya just a bit salty jika dimakan tanpa nasi, tapi dengan nasi rasanya jadi pas. Tadi saya sempat minta agar jangan pedas-pedas karena perut lagi bermasalah :p Dan pedesnya pas seperti yang saya harapkan. Cukup berasa tapi ndak yang sampai nampol :))

Es dawetnya sendiri quite a surprise for me, walaupun rumah makan tapi rasa es dawetnya masih otentik, seperti kalau saya beli es dawet di pasar tradisional. Santannya juga santan asli, bukan santan instan, cendolnya terbuat dari tepung beras ditambah nangka yang diiris kecil2 serta tambahan gula jawa dan vanila untuk penambah rasa, pas banget diminum siang-siang panas gini.

Kekurangan dari tempat makan ini adalah musiknya yang (menurut saya) terlalu kenceng diputernya, coba klo dimuat lebih pelan dikit rasanya jadi lebih santai menikmati hidangan dan suasana di rumah makan ini.

Over all 3,5 out of 5 stars untuk tempat makan ini. Btw anyway busyway koneksi wifinya juga kenceng, cocok buat yang suka ngenet. Sayangnya colokan listriknya ndak banyak, jadi yang bawa laptop harus pinter-pinter nyari tempat duduknya.

Waroeng Mbok Marni
Jl. Slamet Riyadi No. 121 Solo

Monday, 11 March 2013

[Obrolan Dapur] Tango Crunch Cake


Saya termasuk penggemar dari wafer Tango, saya suka dengan variasi rasanya yang legit  (my personal fave would be Tiramisu dan Vanilla) dengan bentuknya yang kecil, cocok sebagai camilan teman minum teh atau kopi di sore hari. 

Akhir-akhir ini saya sering ngeliat iklan varian baru dari Tango berupa Tango Crunch Cake, penasaran dong kayak apa bentuk dan rasanya. Kalau bentuk sih bisa diliat di iklan itu yah? Hehehe

Anyway, kemarin akhirnya beli juga snack ini di salah-satu-mini-market-yang-banyak-ditemui-di-pinggir-jalan (saking nggak mau sebut nama mini marketnya :p). Kesan pertama tampilannya cukup mewah untuk sebuah camilan, apalagi yang harganya cuma RP 7.500,-

Terbungkus dalam dus berwarna coklat. dan ketika kita buka masih ada bungkusan berupa plastik timah berwarna kuning yang membungkus 4 buah crunch cake di dalamnya. Penasaran dengan jargon kelezatan cake terpadu dengan kerenyahan wafer, ternyata crunch cake yang dimaksud berupa wafer yang berlapis cokelat yang dipotong bentuk segitiga seperti cake yang pada bagian atasnya disiram dengan dark chocolate dan dihias dengan white chocolate.

Untuk rasanya, I would say that I'm pleased with this snack, kelegitan wafer dan cokelatnya terpadu sempurna membuat snacking time is a fun time. 

Saya rasa apa yang dilakukan oleh Tango ini merupakan sebuah cara pemasaran yang cukup efektif. Camilan berlapis cokelat leleh bisa dengan mudah kita temukan, ada banyak pesaing yang bahkan sudah lebih dahulu ada di pasaran. Namun dengan pengemasan yang apik, tampilan yang cantik dan rasa yang terus dipertahankan membuat Tango Crunch Cake menjadi penganan baru untuk kita. Satu harapan saya, semoga mereka membuat varian rasa yang lain selain cokelat :D

Happy snacking

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes