Sunday, 13 November 2016

[Tips] Cara Murah Dan Gratis Makan di Resto Cepat Saji



Kemarin waktu di resto cepat saji, yang berada di antrean depan kami adalah sepasang muda-mudi berseragam, kalau melihat seragamnya sih kayaknya anak SMP.

Saya pikir "Widih... Hebat bener yak anak-anak sekarang, jajan di resto kayak gini. Jaman aku dulu jajannya di warung pinggir jalan."

Yaeyalah... Orang sekolah ndeso, nggak ada resto cepat saji :p

Kembali ke laptop, tunggu punya tunggu order kedua orang tersebut koq nggak selesai-selesai ya? Malah saya lihat keduanya kasak-kusuk. Dan kemudian mendadak mereka berdua minggir dengan muka merah padam.

Sempat terperangah sebentar, baru kemudian tersadar kalau rupanya uang mereka kurang. Saya lihat pesanan mereka di tray: 2 minum, 2 nasi + 2 ayam (paha bawah dan sayap) dengan total Rp 44.000,- 

Wedew... Rupanya mereka salah pesan. Jajan di resto cepat saji memang identik dengan harga mahal, tapi... sebenarnya kita bisa tetap bisa menikmati resto cepat saji namun dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Berikut tips untuk bisa berhemat bahkan makan gratis di resto cepat saji:
  1. Cermati menu yang ada, resto ayam goreng tepung tidak melulu menjual ayam goreng tepung. Sebagai contoh resto K*C juga menjual burger dengan harga yang lebih murah daripada ayam gorengnya. Sebagai contoh jika kedua muda-mudi di cerita di atas memesan 2 burger (chicken maupun fish fillet) + 2 floats mereka hanya harus membayar sekitar Rp 30,000,- hemat Rp 14.000,-
  2. Lihat menu paket. Beberapa resto cepat saji menyediakan menu paket yang terdiri dari makanan dan minuman. Ada juga yang menyediakan paket hemat, yang seperti namanya lebih hemat daripada beli a la charte (terpisah)
  3. Jangan malu bertanya kepada petugas kasir yang melayani untuk harga dan paket-paket yang di sediakan oleh resto bersangkutan. sering kali antrean lama karena pembelinya banyak bertanya bukan karena petugasnya yang lelet dan itu tidak jadi masalah.
  4. Ikuti promo yang ada, sering kali resto cepat saji mengadakan promo penjualan, baik secara mandiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan majunya perkembangan jaman informasi mengenai promo ini bisa kita dapatkan di berbagai media internet. Dari mulai potongan harga sampai sama sekali gratis. Dari yang bersyarat ribet sampai yang bersyarat ringan.
Berikut tips-tips yang bisa saya berikan berkenan dengan berhemat di resto cepat saji, semoga bermanfaat, dan selamat "berburu" promo hemat :D

Thursday, 23 June 2016

[Obrolan Dapur] Diet Kantong Plastik, Sebuah Pengamatan

Sekitar 5 bulan yang lalu saya menulis mengenai program pemerintah yang saya sebut sebagai diet kantong plastik (artikelnya bisa dibaca disini). Dan setelah lima bulan berlalu, saya merasa perlu untuk menulis lagi mengenai subyek yang satu ini, bisa dikatakan sebagai sebuah evaluasi sederhana dari saya pribadi. 


Banyak hal menarik yang saya temui selama 5 bulan ini, secara sederhana saya bagi menjadi 2 sisi, dari sisi penjual (dalam hal ini toko modern) dan dari sisi pembeli. Dari sisi pembeli, seperti yang kita tahu (dan pernah saya singgung sedikit di tulisan saya sebelumnya), di awal pelaksanaan program ini, ada beberapa pihak yang merasa dirugikan, merasa tidak terima untuk mengeluarkan uang Rp 200,00 hanya untuk selembar kantong plastik. Namun dengan berjalannya waktu, sudah tidak ada lagi protes-protes tersebut. Dari pengamatan saya orang cenderung cuek, sebodo amat dengan peraturan tersebut. Hanya sedikit yang menyadari bahwa program ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, sehingga merelakan dirinya untuk membawa tas belanjaan sendiri, namun golongan ini amat sangat jarang saya temui (padahal saya bisa dikatakan sering main ke pasar modern/ supermarket nyari barang-barang murah, siapa tahu ada emas batangan yang kececer :D). 

Dua diantaranya yang saya temui membawa sendiri kantong belanjaannya, saya sertakan dalam tulisan ini. Entah kenapa excited saja ngeliatnya. Ada serombongan keluarga yang belanja banyak banget (keperluan bulanan sepertinya), ada juga koko-koko yang lagi belanja sendirian (nggak sempat ke foto soalnya dia di antrean depan, semenatara saya di ujung belakang), kemudian ada juga sepasang suami istri (?) yang juga tengah belanja. Pernah juga saya melihat seorang yang memakai seragam restoran tengah belanja di supermarket dengan membawa kantong belanjaannya sendiri (restorannya ada di foodcourt lantai atas mall, sementara supermarketnya terletak di ground floor)

Namun demikian, lebih banyak yang saya temui tidak membawa kantong belanjaannya sendiri, keluarga yang belanja banyak kebutuhan bulanannya, sampai menghabiskan entah berapa lembar kantong plastik dalam sekali belanjanya, padahal bisa saya dia minta kepada kasir untuk memasukkan belanjaannya kedalam kardus daripada kantong plastik, melihat jumlah belanjaannya, dan juga jumlah orang yang belanja saya yakin kalau mereka naik mobil bukan motor, jadi lebih enak kalau pakai kardus untuk wadah belanjaan mereka. Ada juga beberapa yang belanja sedikit (kurang dari 5 item, entah camilan atau yang lainnya) tetap membungkus belanjaannya dengan kantong dari supermarket :(

Cerita menarik lainnya adalah, suatu saat saya pernah ngeliat ekspatriat (bule) yang tengah belanja dengan istri dan anaknya, dan diluar dugaan saya, ternyata dia tidak membawa kantong belanjaannya sendiri, padahal setahu saya kesadaran lingkungan dari bule (terutama yang tinggal di Indonesia) itu lebih tinggi daripada orang lokal, tapi ternyata saya telah salah menduga :(

Selain itu saya pernah menemui keluargaha yang tengah belanja bulanan, selain berbagai macam kebutuhan harian, mereka juga membeli sebuah keranjang besar (entah keranjang pakaian kotor atau apa) dan meminta kasir untuk menata belanjaan mereka di dalam keranjang. Well... That's what I call sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui #Jempol4MajuSemua


Dari segi penjual (toko modern/ supermarket), saya juga melihat hal-hal menarik. Di awal program ini, kasir selalu menanyakan apakah mau pakai kantong plastik atau tidak sekaligus mengingatkan jika pakai kantong plastik akan kena tambahan charge sebesar Rp 200,00 (untuk kasir minimarket yang sepanjang ingatan saya bahkan sebelum adanya program ini selalu bertanya apakah mau pakai kantong plastik atau tidak). Pengecualian pada supermarket lokal (inisial L) yang ada di kota saya (Solo), kasirnya tidak pernah menanyakan kepada pembeli mengenai penggunaan kantong plastik, pembeli datang dengan belanjaan, melakukan scan harga, ambil kantong plastik, menata belanjaan di kantong plastik dan memlakukan proses billing.

Dengan berjalannya waktu, program ini ternyata menjadi beban bagi toko modern. Bukan hanya toko L yang tidak lagi menawarkan/menjelaskan kepada pelanggan mengenai penggunaan kantong, toko modern lainnya pun juga ikutan. Bahkan perkembangan terbaru yang saya temui, di supermarket berinisial H, saat saya bilang kepada kasir

"Mbak belanjaannya dimasukin sini saja." sambil mengulurkan kantong belanja yang saya bawa. 

Mbak kasir menjawab sambil tersenyum manis 

"Sekarang kantong plastik tidak berbayar koq pak."

Saya cuman bisa melongo. Sayangnya saya tidak menanyakan lebih lanjut, apakah ini kebijakan internal dari perusahaan, atau memang program pemerintah ini dihapuskan. Apapun itu alasannya seharusnyalah program diet kantong plastik ini diteruskan. Bahkan kalau bisa harga kantong plastiknya dinaikkan bukan hanya Rp 200,00 tapi Rp 5.000,00 atau bahkan Rp 10.000,00 sehingga pembeli akan lebih peduli untuk membawa sendiri kantong belanja dan pihak toko modern pun juga akan berpikir untuk menggratiskan (menanggung harga kantong plastiknya). 

Monday, 29 February 2016

[Obrolan Dapur] Diet Kantong Plastik

Setelah di sosialisasikan selama kurang lebih satu bulan, program pemerintah yang biasa kita kenal dengan istilah #DietKantongPlastik akhirnya dilaksanakan juga. Per tanggal 26 Februari 2016, efektif dikenakan biaya pembelian kantong plastik setiap kali kita belanja di supermarket atau pasar modern. Sebagai konsumen kita mempunyai pilihan membayar kantong plastik yang kita dapatkan atau kita membawa kantong/ wadah sendiri dari rumah. Sesederhana itu.

Tanggapan masyarakat pun beragam, walaupun kebanyakan menyambut positif, mendukung program pemerintah ini, namun ada juga yang tidak menyetujui. Jika anda aktif di media sosial, tentu anda pernah membaca nama seorang bapak berinisial JP, yang statusnya begitu banyak di sharing (termasuk screen capturenya). Entah apa yang ada di benak si bapak, gara-gara uang Rp 200,- untuk membayar kantong plastik memunculkan tuduhan pemerinta dzolim, dan bahkan memunculkan dukungan pemerintah khilafah. 

Tapi saya tidak akan ngomongkan si bapak, karena sampai tulisan ini diposting, masih banyak yang menganggapi/ mengulas (dengan panjang lebar) status si bapak. Well... Carry on :D


Selain status si bapak JS, yang ramai di sharing di media sosial adalah tutorial membuat tas belanjaan dari kaos/ T-Shirt. Cuman menurut saya, sayang yah kalau kaos dijadiin kantong belanjaan. Kalau kaosnya udah nggak bisa dipakai lagi karena rusak sih nggak apa-apa, tapi kalau hanya alasan kekecilan atau sudah bosan mending dikasihkan ke orang lain deh. Lagian ruang simpan di dalam kaos tidak seberapa besar untuk menampung belanjaan. Daripada merusak kaos, mending pakai tas kain seperti gambar diatas, nggak harus beli juga, karena banyak yang menggunakannya sebagai goodie bag. Tas-tas kain tersebut saya dapatkan sebagai pembungkus, ada yang saya dapatkan dari rumah sakit, sekolahan, tetangga/sodara yang punya hajatan, dsb.

Kalau anda pengen berkreasi sendiri mending bikin tas dari barang-barang bekas di sekeliling anda, banyak tutorial di internet, tinggal pilih salah satu yang sesuai dengan kondisi anda. Atau jika anda mempunyai ketrampilan merajut, anda bisa membuat tas belanja seperti pada contoh diatas (Tutorialnya bisa dibaca disini).

Secara pribadi, saya sendiri sudah berusaha untuk diet kantong plastik dari dulu. Terutama setiap "belanja" di minimarket, kalau sekedar camilan, minum atau jumlahnya tidak terlalu banyak saya suka menolak kalau ditawari kantong plastik sama mbak-mbak kasir. Alasannya sederhana saja sih, kebanyakan plastik bikin ribet :D

Untuk belanja bulanan, terkadang saya bawa kantong belanja sendiri, cuman sering lupanya daripada inget :p

Ada beberapa pengalaman yang berhubungan dengan belanja dan kantong plastik. Setiap kali belanja di minimarket (baik inisial A maupun I) kasir (hampir) selalu bertanya apakah saya mau kantong plastik atau tidak, bahkan jauh sebelum program ini dilaksanakan. Dilain pihak, ketika saya belanja bulanan di supermarket/ hypermarket saya jarang ditanya apakah mau pakai kantong plastik atau tidak, bahkan setelah program #DietKantongPlastik ini dijalankan.

Hari Minggu kemarin saya berbelanja di supermarket berinisial C, dari rumah saya sudah menyiapkan tas belanjaan. Singkat cerita, mengambil berbagai belanjaan yang saya perlukan, kemudian antri di kasir. Begitu keranjang belanjaan saya letakkan di meja kasir, petugas langsung mengambil kantong plastik dari tempatnya.

"Nggak usah mas, pakai ini saja." Kata saya sambil mengeluarkan tas belanjaan.

Petugas sambil tersenyum menerima tas belanja saya. Rupanya dia belum terbiasa dengan model tas belanjaan yang saya bawa, sehingga agak-agak kesulitan untuk menata belanjaannya. Akhirnya daripada kelamaan saya bantuin untuk menata. Berhubung belanjaan saya terdiri dari produk makanan kering dan makanan, maka produk non makanan dulu yang di proses dan di tata. Begitu giliran produk makanan, petugas berkata.

"Yang ini dimasukin kantong plastik aja ya pak?"

"Nggak usah, masih cukup koq." Kata saya.

Memang benar, masih cukup banyak ruang di tas belanjaan yang saya bawa, lagian produk makanan kering yang sudah terkemas plastik kemasan, saya rasa tidak perlu dibungkus ulang dengan kantong plastik.

Saya rasa petugas juga tidak sepenuhnya salah, sudah ketentuan dari perusahaan untuk memberikan "pelayanan maksimal" kepada pelanggan, dari dulu saya perhatikan belanja di supermarket manapun, jika belanjaannya terdiri dari produk makanan dan non makanan maka dipisahkan dalam dua kantong plastik yang berbeda. Lagi pula kantong plastik berlogo perusahaan, sehingga menjadi sarana promosi bagi supermarket bersangkutan.

Menurut hemat saya, saatnya kita untuk berubah, baik pembeli maupun penjual. Saya lihat kemarin masih ada beberapa pembeli yang tidak membawa tas belanjaan sendiri, walaupun belanja kurang dari 5 jenis tetap menggunakan kantong plastik dari supermarket yang bersangkutan. Sedangkan dari sisi penjual (terutama petugas kasir) harus menawari pelanggan mau menggunakan kantong plastik atau tidak sekaligus memberi tahu kalau penggunaan kantong plastik dari supermarket dikenakan biaya tambahan, sebagai edukasi terhadap pembeli. Dan... Rasanya harga kantong plastik perlu dinaikkan deh, kalau cuman Rp 2.00,- bakal banyak yang bakal menyepelekan.

Note to self: Ntar kalau belanja bulanan paling enggak bawa 2 tas belanjaan, satu buat produk makanan, satu lagi buat non makanan.

Friday, 26 February 2016

[Review] Tong Tji Tea Bar, Bukan Sekedar Teh


Sudah menjadi rahasia umum kalau tempat makan di mall kebanyakan mahal. Dari mulai makanan ringan (sekedar untuk nongkrong sambil ngobrol menghabiskan waktu) sampai dengan makanan berat (saat kelaparan melanda setelah kecapean keliling mall). Namun, dari sekian banyak tempat makan yang mahal, masih ada terselip beberapa yang cukup terjangkau oleh kantong. Tinggal kejelian kita saja dalam mencari. 

Salah satu tempat makan yang bisa dijadikan tempat nongkrong favorit saya di mall adalah Tong Tji Tea Bar. Seperti namanya, tempat makan ini dimiliki oleh perusahaan teh Tong Tji. Tersebar di seluruh Indonesia hampir di semua mall. Ada beberapa versi dari Tong Tji Tea Bar, ada yang di food court, ada yang di gang/ jalan di dalam mall, dan aja juga yang membuka gerai sendiri (istilahnya tenant yah? CMIIW deh :D). Tong Tji Tea bar favorit saya ada di Paragon Mall Solo. Perbedaan diantara ketiganya adalah, untuk gerai food court dan di jalanan mall, terbatas pada minuman dan makanan ringan, sedangkan untuk tenant ada pilihan makanan beratnya dan tentu saja dengan tempat yang lebih nyaman. Namun demikian untuk harga tidak ada perbedaan yang signifikan.


Minuman yang disajikan kebanyakan berbagai macam varian teh, baik hangat maupun dingin, tradisional maupun modern (bubble tea). Dari sekian banyak varian teh yang sudah pernah saya coba, saya jatuh cinta dengan Teh Serai. Walaupun tidak otentiki , rasa serainya tidak terlalu nendang namun rasanya unik dan penyajiannya pun juga unik. 1 gelas besar berisi air panas ditambah 1 batang serai yang di geprek + beberapa lembar daun jeruk yang telah di robek. Agak-agak aneh, nggak biasa, tapi enak :D 


Camilan yang disajikan oleh Tong Tji Tea bar, kebanyakan adalah camilan tradisional, ataupun fushion, semacam tempe goreng tepung, singkong goreng keju, singkong Thailand (which basically singkong kukus diberi saus santan kental :D), dan masih ada beberapa camilan lainnya. Sedangkan makanan berat ada nasi goreng, mie goreng, dll (nggak hapal dan lupa foto menunya :D). Untuk rasa, not so bad lah... But not so good either


Untuk cabang yang memiliki ruangan sendiri, nuansa yang di hadirkan adalah nuansa cozy, enak buat nyantai dengan berbagai poster bertemakan teh di dinding ruangan. Meriah, dengan banyak hiasan namun cukup elegan dan tidak terkesan penuh. Pelayannya juga ramah dan cukup sigap melayani pesanan. 

Rekomendasi saya 3.5 bintang dari 5. Salah satu pilihan untuk nongkrong-nongkrong cantik dan ganteng tanpa harus menguras banyak isi kantong :D

Wednesday, 24 February 2016

[Resep] Samoosa ala Pawon Ndeso



Salah satu gorengan favorit saya, sekedar untuk camilan maupun teman makan nasi. Seperti biasa resep sederhana, mudah dibuat, bumbu serta isian bisa divariasikan sesuai dengan kebutuhan atau apa yang tersedia :D

BAHAN-BAHAN
200 gr daging ayam giling
2 buah wortel
200 gr daun kucai (daun bawang)
1 bungkus kulit lumpia isi 50 buah


Bahan isian

BUMBU
1/2 buah bawang bombay
4 siung bawang putih
2 siung bawang merah
2 sdm kecap manis
1 sdm saus tiram
Garam dan merica secukupnya
Minyak goreng untuk menumis dan menggoreng secukupnya.

CARA MEMBUAT

  1. Cincang bawang merah, bawang putih dan bawang bombay
  2. Potong dadu wortel
  3. Iris tipis daun kucai.
  4. Panaskan 1 sendok sayur minyak goreng, tumis bawang putih, bawang merah dan bawang bombay sampai harum, masukkan wortel cincang, tumis sampai layu.
  5. Tambahkan daging ayam, aduk-aduk agar ayam tidak menyatu, masak sampai ayam berubah warna
  6. Tambahkan daun kucai, kecap dan saus tiram, aduk rata masak sampai air (kaldu dari daging ayam) berkurang.
  7. Setelah air menyusut, tambahkan garam dan merica, aduk cepat, angkat, dinginkan.
  8. Ambil selembar kulit lumpia, isi dengan tumisan daging dan lipat segitiga (cara melipat seperti pada gambar). Lakukan sampai semua adonan habis.
  9. Panaskan minyak secukupnya, goreng sampai kuning keemasan, angkat, tiriskan. Hidangkan dengan cocolan sambal.

Catatan:
  1. Isian bisa dikreasikan sesuai dengan keinginan, begitu juga dengan bumbunya.
  2. Untuk teknik pelipatan bisa di lihat di laman FB Pawon Ndeso. Jika kesulitan dalam pelipatan, gunakan teknik lama, melipat dalam bentuk amplop.
  3. Bila tidak langsung dikonsumsi, masukkan kedalam wadah kedap udara, simpan di dalam freezer. Tahan sampai 2 bulan.

Semoga meninspirasi dan selamat mencoba.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes