Monday, 29 February 2016

[Obrolan Dapur] Diet Kantong Plastik

Setelah di sosialisasikan selama kurang lebih satu bulan, program pemerintah yang biasa kita kenal dengan istilah #DietKantongPlastik akhirnya dilaksanakan juga. Per tanggal 26 Februari 2016, efektif dikenakan biaya pembelian kantong plastik setiap kali kita belanja di supermarket atau pasar modern. Sebagai konsumen kita mempunyai pilihan membayar kantong plastik yang kita dapatkan atau kita membawa kantong/ wadah sendiri dari rumah. Sesederhana itu.

Tanggapan masyarakat pun beragam, walaupun kebanyakan menyambut positif, mendukung program pemerintah ini, namun ada juga yang tidak menyetujui. Jika anda aktif di media sosial, tentu anda pernah membaca nama seorang bapak berinisial JP, yang statusnya begitu banyak di sharing (termasuk screen capturenya). Entah apa yang ada di benak si bapak, gara-gara uang Rp 200,- untuk membayar kantong plastik memunculkan tuduhan pemerinta dzolim, dan bahkan memunculkan dukungan pemerintah khilafah. 

Tapi saya tidak akan ngomongkan si bapak, karena sampai tulisan ini diposting, masih banyak yang menganggapi/ mengulas (dengan panjang lebar) status si bapak. Well... Carry on :D


Selain status si bapak JS, yang ramai di sharing di media sosial adalah tutorial membuat tas belanjaan dari kaos/ T-Shirt. Cuman menurut saya, sayang yah kalau kaos dijadiin kantong belanjaan. Kalau kaosnya udah nggak bisa dipakai lagi karena rusak sih nggak apa-apa, tapi kalau hanya alasan kekecilan atau sudah bosan mending dikasihkan ke orang lain deh. Lagian ruang simpan di dalam kaos tidak seberapa besar untuk menampung belanjaan. Daripada merusak kaos, mending pakai tas kain seperti gambar diatas, nggak harus beli juga, karena banyak yang menggunakannya sebagai goodie bag. Tas-tas kain tersebut saya dapatkan sebagai pembungkus, ada yang saya dapatkan dari rumah sakit, sekolahan, tetangga/sodara yang punya hajatan, dsb.

Kalau anda pengen berkreasi sendiri mending bikin tas dari barang-barang bekas di sekeliling anda, banyak tutorial di internet, tinggal pilih salah satu yang sesuai dengan kondisi anda. Atau jika anda mempunyai ketrampilan merajut, anda bisa membuat tas belanja seperti pada contoh diatas (Tutorialnya bisa dibaca disini).

Secara pribadi, saya sendiri sudah berusaha untuk diet kantong plastik dari dulu. Terutama setiap "belanja" di minimarket, kalau sekedar camilan, minum atau jumlahnya tidak terlalu banyak saya suka menolak kalau ditawari kantong plastik sama mbak-mbak kasir. Alasannya sederhana saja sih, kebanyakan plastik bikin ribet :D

Untuk belanja bulanan, terkadang saya bawa kantong belanja sendiri, cuman sering lupanya daripada inget :p

Ada beberapa pengalaman yang berhubungan dengan belanja dan kantong plastik. Setiap kali belanja di minimarket (baik inisial A maupun I) kasir (hampir) selalu bertanya apakah saya mau kantong plastik atau tidak, bahkan jauh sebelum program ini dilaksanakan. Dilain pihak, ketika saya belanja bulanan di supermarket/ hypermarket saya jarang ditanya apakah mau pakai kantong plastik atau tidak, bahkan setelah program #DietKantongPlastik ini dijalankan.

Hari Minggu kemarin saya berbelanja di supermarket berinisial C, dari rumah saya sudah menyiapkan tas belanjaan. Singkat cerita, mengambil berbagai belanjaan yang saya perlukan, kemudian antri di kasir. Begitu keranjang belanjaan saya letakkan di meja kasir, petugas langsung mengambil kantong plastik dari tempatnya.

"Nggak usah mas, pakai ini saja." Kata saya sambil mengeluarkan tas belanjaan.

Petugas sambil tersenyum menerima tas belanja saya. Rupanya dia belum terbiasa dengan model tas belanjaan yang saya bawa, sehingga agak-agak kesulitan untuk menata belanjaannya. Akhirnya daripada kelamaan saya bantuin untuk menata. Berhubung belanjaan saya terdiri dari produk makanan kering dan makanan, maka produk non makanan dulu yang di proses dan di tata. Begitu giliran produk makanan, petugas berkata.

"Yang ini dimasukin kantong plastik aja ya pak?"

"Nggak usah, masih cukup koq." Kata saya.

Memang benar, masih cukup banyak ruang di tas belanjaan yang saya bawa, lagian produk makanan kering yang sudah terkemas plastik kemasan, saya rasa tidak perlu dibungkus ulang dengan kantong plastik.

Saya rasa petugas juga tidak sepenuhnya salah, sudah ketentuan dari perusahaan untuk memberikan "pelayanan maksimal" kepada pelanggan, dari dulu saya perhatikan belanja di supermarket manapun, jika belanjaannya terdiri dari produk makanan dan non makanan maka dipisahkan dalam dua kantong plastik yang berbeda. Lagi pula kantong plastik berlogo perusahaan, sehingga menjadi sarana promosi bagi supermarket bersangkutan.

Menurut hemat saya, saatnya kita untuk berubah, baik pembeli maupun penjual. Saya lihat kemarin masih ada beberapa pembeli yang tidak membawa tas belanjaan sendiri, walaupun belanja kurang dari 5 jenis tetap menggunakan kantong plastik dari supermarket yang bersangkutan. Sedangkan dari sisi penjual (terutama petugas kasir) harus menawari pelanggan mau menggunakan kantong plastik atau tidak sekaligus memberi tahu kalau penggunaan kantong plastik dari supermarket dikenakan biaya tambahan, sebagai edukasi terhadap pembeli. Dan... Rasanya harga kantong plastik perlu dinaikkan deh, kalau cuman Rp 2.00,- bakal banyak yang bakal menyepelekan.

Note to self: Ntar kalau belanja bulanan paling enggak bawa 2 tas belanjaan, satu buat produk makanan, satu lagi buat non makanan.

Friday, 26 February 2016

[Review] Tong Tji Tea Bar, Bukan Sekedar Teh


Sudah menjadi rahasia umum kalau tempat makan di mall kebanyakan mahal. Dari mulai makanan ringan (sekedar untuk nongkrong sambil ngobrol menghabiskan waktu) sampai dengan makanan berat (saat kelaparan melanda setelah kecapean keliling mall). Namun, dari sekian banyak tempat makan yang mahal, masih ada terselip beberapa yang cukup terjangkau oleh kantong. Tinggal kejelian kita saja dalam mencari. 

Salah satu tempat makan yang bisa dijadikan tempat nongkrong favorit saya di mall adalah Tong Tji Tea Bar. Seperti namanya, tempat makan ini dimiliki oleh perusahaan teh Tong Tji. Tersebar di seluruh Indonesia hampir di semua mall. Ada beberapa versi dari Tong Tji Tea Bar, ada yang di food court, ada yang di gang/ jalan di dalam mall, dan aja juga yang membuka gerai sendiri (istilahnya tenant yah? CMIIW deh :D). Tong Tji Tea bar favorit saya ada di Paragon Mall Solo. Perbedaan diantara ketiganya adalah, untuk gerai food court dan di jalanan mall, terbatas pada minuman dan makanan ringan, sedangkan untuk tenant ada pilihan makanan beratnya dan tentu saja dengan tempat yang lebih nyaman. Namun demikian untuk harga tidak ada perbedaan yang signifikan.


Minuman yang disajikan kebanyakan berbagai macam varian teh, baik hangat maupun dingin, tradisional maupun modern (bubble tea). Dari sekian banyak varian teh yang sudah pernah saya coba, saya jatuh cinta dengan Teh Serai. Walaupun tidak otentiki , rasa serainya tidak terlalu nendang namun rasanya unik dan penyajiannya pun juga unik. 1 gelas besar berisi air panas ditambah 1 batang serai yang di geprek + beberapa lembar daun jeruk yang telah di robek. Agak-agak aneh, nggak biasa, tapi enak :D 


Camilan yang disajikan oleh Tong Tji Tea bar, kebanyakan adalah camilan tradisional, ataupun fushion, semacam tempe goreng tepung, singkong goreng keju, singkong Thailand (which basically singkong kukus diberi saus santan kental :D), dan masih ada beberapa camilan lainnya. Sedangkan makanan berat ada nasi goreng, mie goreng, dll (nggak hapal dan lupa foto menunya :D). Untuk rasa, not so bad lah... But not so good either


Untuk cabang yang memiliki ruangan sendiri, nuansa yang di hadirkan adalah nuansa cozy, enak buat nyantai dengan berbagai poster bertemakan teh di dinding ruangan. Meriah, dengan banyak hiasan namun cukup elegan dan tidak terkesan penuh. Pelayannya juga ramah dan cukup sigap melayani pesanan. 

Rekomendasi saya 3.5 bintang dari 5. Salah satu pilihan untuk nongkrong-nongkrong cantik dan ganteng tanpa harus menguras banyak isi kantong :D

Wednesday, 24 February 2016

[Resep] Samoosa ala Pawon Ndeso



Salah satu gorengan favorit saya, sekedar untuk camilan maupun teman makan nasi. Seperti biasa resep sederhana, mudah dibuat, bumbu serta isian bisa divariasikan sesuai dengan kebutuhan atau apa yang tersedia :D

BAHAN-BAHAN
200 gr daging ayam giling
2 buah wortel
200 gr daun kucai (daun bawang)
1 bungkus kulit lumpia isi 50 buah


Bahan isian

BUMBU
1/2 buah bawang bombay
4 siung bawang putih
2 siung bawang merah
2 sdm kecap manis
1 sdm saus tiram
Garam dan merica secukupnya
Minyak goreng untuk menumis dan menggoreng secukupnya.

CARA MEMBUAT

  1. Cincang bawang merah, bawang putih dan bawang bombay
  2. Potong dadu wortel
  3. Iris tipis daun kucai.
  4. Panaskan 1 sendok sayur minyak goreng, tumis bawang putih, bawang merah dan bawang bombay sampai harum, masukkan wortel cincang, tumis sampai layu.
  5. Tambahkan daging ayam, aduk-aduk agar ayam tidak menyatu, masak sampai ayam berubah warna
  6. Tambahkan daun kucai, kecap dan saus tiram, aduk rata masak sampai air (kaldu dari daging ayam) berkurang.
  7. Setelah air menyusut, tambahkan garam dan merica, aduk cepat, angkat, dinginkan.
  8. Ambil selembar kulit lumpia, isi dengan tumisan daging dan lipat segitiga (cara melipat seperti pada gambar). Lakukan sampai semua adonan habis.
  9. Panaskan minyak secukupnya, goreng sampai kuning keemasan, angkat, tiriskan. Hidangkan dengan cocolan sambal.

Catatan:
  1. Isian bisa dikreasikan sesuai dengan keinginan, begitu juga dengan bumbunya.
  2. Untuk teknik pelipatan bisa di lihat di laman FB Pawon Ndeso. Jika kesulitan dalam pelipatan, gunakan teknik lama, melipat dalam bentuk amplop.
  3. Bila tidak langsung dikonsumsi, masukkan kedalam wadah kedap udara, simpan di dalam freezer. Tahan sampai 2 bulan.

Semoga meninspirasi dan selamat mencoba.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes