Setelah di sosialisasikan selama kurang lebih satu bulan, program pemerintah yang biasa kita kenal dengan istilah #DietKantongPlastik akhirnya dilaksanakan juga. Per tanggal 26 Februari 2016, efektif dikenakan biaya pembelian kantong plastik setiap kali kita belanja di supermarket atau pasar modern. Sebagai konsumen kita mempunyai pilihan membayar kantong plastik yang kita dapatkan atau kita membawa kantong/ wadah sendiri dari rumah. Sesederhana itu.
Tanggapan masyarakat pun beragam, walaupun kebanyakan menyambut positif, mendukung program pemerintah ini, namun ada juga yang tidak menyetujui. Jika anda aktif di media sosial, tentu anda pernah membaca nama seorang bapak berinisial JP, yang statusnya begitu banyak di sharing (termasuk screen capturenya). Entah apa yang ada di benak si bapak, gara-gara uang Rp 200,- untuk membayar kantong plastik memunculkan tuduhan pemerinta dzolim, dan bahkan memunculkan dukungan pemerintah khilafah.
Tapi saya tidak akan ngomongkan si bapak, karena sampai tulisan ini diposting, masih banyak yang menganggapi/ mengulas (dengan panjang lebar) status si bapak. Well... Carry on :D
Selain status si bapak JS, yang ramai di sharing di media sosial adalah tutorial membuat tas belanjaan dari kaos/ T-Shirt. Cuman menurut saya, sayang yah kalau kaos dijadiin kantong belanjaan. Kalau kaosnya udah nggak bisa dipakai lagi karena rusak sih nggak apa-apa, tapi kalau hanya alasan kekecilan atau sudah bosan mending dikasihkan ke orang lain deh. Lagian ruang simpan di dalam kaos tidak seberapa besar untuk menampung belanjaan. Daripada merusak kaos, mending pakai tas kain seperti gambar diatas, nggak harus beli juga, karena banyak yang menggunakannya sebagai goodie bag. Tas-tas kain tersebut saya dapatkan sebagai pembungkus, ada yang saya dapatkan dari rumah sakit, sekolahan, tetangga/sodara yang punya hajatan, dsb.
Kalau anda pengen berkreasi sendiri mending bikin tas dari barang-barang bekas di sekeliling anda, banyak tutorial di internet, tinggal pilih salah satu yang sesuai dengan kondisi anda. Atau jika anda mempunyai ketrampilan merajut, anda bisa membuat tas belanja seperti pada contoh diatas (Tutorialnya bisa dibaca disini).
Secara pribadi, saya sendiri sudah berusaha untuk diet kantong plastik dari dulu. Terutama setiap "belanja" di minimarket, kalau sekedar camilan, minum atau jumlahnya tidak terlalu banyak saya suka menolak kalau ditawari kantong plastik sama mbak-mbak kasir. Alasannya sederhana saja sih, kebanyakan plastik bikin ribet :D
Untuk belanja bulanan, terkadang saya bawa kantong belanja sendiri, cuman sering lupanya daripada inget :p
Ada beberapa pengalaman yang berhubungan dengan belanja dan kantong plastik. Setiap kali belanja di minimarket (baik inisial A maupun I) kasir (hampir) selalu bertanya apakah saya mau kantong plastik atau tidak, bahkan jauh sebelum program ini dilaksanakan. Dilain pihak, ketika saya belanja bulanan di supermarket/ hypermarket saya jarang ditanya apakah mau pakai kantong plastik atau tidak, bahkan setelah program #DietKantongPlastik ini dijalankan.
Hari Minggu kemarin saya berbelanja di supermarket berinisial C, dari rumah saya sudah menyiapkan tas belanjaan. Singkat cerita, mengambil berbagai belanjaan yang saya perlukan, kemudian antri di kasir. Begitu keranjang belanjaan saya letakkan di meja kasir, petugas langsung mengambil kantong plastik dari tempatnya.
"Nggak usah mas, pakai ini saja." Kata saya sambil mengeluarkan tas belanjaan.
Petugas sambil tersenyum menerima tas belanja saya. Rupanya dia belum terbiasa dengan model tas belanjaan yang saya bawa, sehingga agak-agak kesulitan untuk menata belanjaannya. Akhirnya daripada kelamaan saya bantuin untuk menata. Berhubung belanjaan saya terdiri dari produk makanan kering dan makanan, maka produk non makanan dulu yang di proses dan di tata. Begitu giliran produk makanan, petugas berkata.
"Yang ini dimasukin kantong plastik aja ya pak?"
"Nggak usah, masih cukup koq." Kata saya.
Memang benar, masih cukup banyak ruang di tas belanjaan yang saya bawa, lagian produk makanan kering yang sudah terkemas plastik kemasan, saya rasa tidak perlu dibungkus ulang dengan kantong plastik.
Saya rasa petugas juga tidak sepenuhnya salah, sudah ketentuan dari perusahaan untuk memberikan "pelayanan maksimal" kepada pelanggan, dari dulu saya perhatikan belanja di supermarket manapun, jika belanjaannya terdiri dari produk makanan dan non makanan maka dipisahkan dalam dua kantong plastik yang berbeda. Lagi pula kantong plastik berlogo perusahaan, sehingga menjadi sarana promosi bagi supermarket bersangkutan.
Menurut hemat saya, saatnya kita untuk berubah, baik pembeli maupun penjual. Saya lihat kemarin masih ada beberapa pembeli yang tidak membawa tas belanjaan sendiri, walaupun belanja kurang dari 5 jenis tetap menggunakan kantong plastik dari supermarket yang bersangkutan. Sedangkan dari sisi penjual (terutama petugas kasir) harus menawari pelanggan mau menggunakan kantong plastik atau tidak sekaligus memberi tahu kalau penggunaan kantong plastik dari supermarket dikenakan biaya tambahan, sebagai edukasi terhadap pembeli. Dan... Rasanya harga kantong plastik perlu dinaikkan deh, kalau cuman Rp 2.00,- bakal banyak yang bakal menyepelekan.
Note to self: Ntar kalau belanja bulanan paling enggak bawa 2 tas belanjaan, satu buat produk makanan, satu lagi buat non makanan.
Untuk belanja bulanan, terkadang saya bawa kantong belanja sendiri, cuman sering lupanya daripada inget :p
Ada beberapa pengalaman yang berhubungan dengan belanja dan kantong plastik. Setiap kali belanja di minimarket (baik inisial A maupun I) kasir (hampir) selalu bertanya apakah saya mau kantong plastik atau tidak, bahkan jauh sebelum program ini dilaksanakan. Dilain pihak, ketika saya belanja bulanan di supermarket/ hypermarket saya jarang ditanya apakah mau pakai kantong plastik atau tidak, bahkan setelah program #DietKantongPlastik ini dijalankan.
Hari Minggu kemarin saya berbelanja di supermarket berinisial C, dari rumah saya sudah menyiapkan tas belanjaan. Singkat cerita, mengambil berbagai belanjaan yang saya perlukan, kemudian antri di kasir. Begitu keranjang belanjaan saya letakkan di meja kasir, petugas langsung mengambil kantong plastik dari tempatnya.
"Nggak usah mas, pakai ini saja." Kata saya sambil mengeluarkan tas belanjaan.
Petugas sambil tersenyum menerima tas belanja saya. Rupanya dia belum terbiasa dengan model tas belanjaan yang saya bawa, sehingga agak-agak kesulitan untuk menata belanjaannya. Akhirnya daripada kelamaan saya bantuin untuk menata. Berhubung belanjaan saya terdiri dari produk makanan kering dan makanan, maka produk non makanan dulu yang di proses dan di tata. Begitu giliran produk makanan, petugas berkata.
"Yang ini dimasukin kantong plastik aja ya pak?"
"Nggak usah, masih cukup koq." Kata saya.
Memang benar, masih cukup banyak ruang di tas belanjaan yang saya bawa, lagian produk makanan kering yang sudah terkemas plastik kemasan, saya rasa tidak perlu dibungkus ulang dengan kantong plastik.
Saya rasa petugas juga tidak sepenuhnya salah, sudah ketentuan dari perusahaan untuk memberikan "pelayanan maksimal" kepada pelanggan, dari dulu saya perhatikan belanja di supermarket manapun, jika belanjaannya terdiri dari produk makanan dan non makanan maka dipisahkan dalam dua kantong plastik yang berbeda. Lagi pula kantong plastik berlogo perusahaan, sehingga menjadi sarana promosi bagi supermarket bersangkutan.
Menurut hemat saya, saatnya kita untuk berubah, baik pembeli maupun penjual. Saya lihat kemarin masih ada beberapa pembeli yang tidak membawa tas belanjaan sendiri, walaupun belanja kurang dari 5 jenis tetap menggunakan kantong plastik dari supermarket yang bersangkutan. Sedangkan dari sisi penjual (terutama petugas kasir) harus menawari pelanggan mau menggunakan kantong plastik atau tidak sekaligus memberi tahu kalau penggunaan kantong plastik dari supermarket dikenakan biaya tambahan, sebagai edukasi terhadap pembeli. Dan... Rasanya harga kantong plastik perlu dinaikkan deh, kalau cuman Rp 2.00,- bakal banyak yang bakal menyepelekan.
Note to self: Ntar kalau belanja bulanan paling enggak bawa 2 tas belanjaan, satu buat produk makanan, satu lagi buat non makanan.