Thursday, 23 June 2016

[Obrolan Dapur] Diet Kantong Plastik, Sebuah Pengamatan

Sekitar 5 bulan yang lalu saya menulis mengenai program pemerintah yang saya sebut sebagai diet kantong plastik (artikelnya bisa dibaca disini). Dan setelah lima bulan berlalu, saya merasa perlu untuk menulis lagi mengenai subyek yang satu ini, bisa dikatakan sebagai sebuah evaluasi sederhana dari saya pribadi. 


Banyak hal menarik yang saya temui selama 5 bulan ini, secara sederhana saya bagi menjadi 2 sisi, dari sisi penjual (dalam hal ini toko modern) dan dari sisi pembeli. Dari sisi pembeli, seperti yang kita tahu (dan pernah saya singgung sedikit di tulisan saya sebelumnya), di awal pelaksanaan program ini, ada beberapa pihak yang merasa dirugikan, merasa tidak terima untuk mengeluarkan uang Rp 200,00 hanya untuk selembar kantong plastik. Namun dengan berjalannya waktu, sudah tidak ada lagi protes-protes tersebut. Dari pengamatan saya orang cenderung cuek, sebodo amat dengan peraturan tersebut. Hanya sedikit yang menyadari bahwa program ini dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, sehingga merelakan dirinya untuk membawa tas belanjaan sendiri, namun golongan ini amat sangat jarang saya temui (padahal saya bisa dikatakan sering main ke pasar modern/ supermarket nyari barang-barang murah, siapa tahu ada emas batangan yang kececer :D). 

Dua diantaranya yang saya temui membawa sendiri kantong belanjaannya, saya sertakan dalam tulisan ini. Entah kenapa excited saja ngeliatnya. Ada serombongan keluarga yang belanja banyak banget (keperluan bulanan sepertinya), ada juga koko-koko yang lagi belanja sendirian (nggak sempat ke foto soalnya dia di antrean depan, semenatara saya di ujung belakang), kemudian ada juga sepasang suami istri (?) yang juga tengah belanja. Pernah juga saya melihat seorang yang memakai seragam restoran tengah belanja di supermarket dengan membawa kantong belanjaannya sendiri (restorannya ada di foodcourt lantai atas mall, sementara supermarketnya terletak di ground floor)

Namun demikian, lebih banyak yang saya temui tidak membawa kantong belanjaannya sendiri, keluarga yang belanja banyak kebutuhan bulanannya, sampai menghabiskan entah berapa lembar kantong plastik dalam sekali belanjanya, padahal bisa saya dia minta kepada kasir untuk memasukkan belanjaannya kedalam kardus daripada kantong plastik, melihat jumlah belanjaannya, dan juga jumlah orang yang belanja saya yakin kalau mereka naik mobil bukan motor, jadi lebih enak kalau pakai kardus untuk wadah belanjaan mereka. Ada juga beberapa yang belanja sedikit (kurang dari 5 item, entah camilan atau yang lainnya) tetap membungkus belanjaannya dengan kantong dari supermarket :(

Cerita menarik lainnya adalah, suatu saat saya pernah ngeliat ekspatriat (bule) yang tengah belanja dengan istri dan anaknya, dan diluar dugaan saya, ternyata dia tidak membawa kantong belanjaannya sendiri, padahal setahu saya kesadaran lingkungan dari bule (terutama yang tinggal di Indonesia) itu lebih tinggi daripada orang lokal, tapi ternyata saya telah salah menduga :(

Selain itu saya pernah menemui keluargaha yang tengah belanja bulanan, selain berbagai macam kebutuhan harian, mereka juga membeli sebuah keranjang besar (entah keranjang pakaian kotor atau apa) dan meminta kasir untuk menata belanjaan mereka di dalam keranjang. Well... That's what I call sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui #Jempol4MajuSemua


Dari segi penjual (toko modern/ supermarket), saya juga melihat hal-hal menarik. Di awal program ini, kasir selalu menanyakan apakah mau pakai kantong plastik atau tidak sekaligus mengingatkan jika pakai kantong plastik akan kena tambahan charge sebesar Rp 200,00 (untuk kasir minimarket yang sepanjang ingatan saya bahkan sebelum adanya program ini selalu bertanya apakah mau pakai kantong plastik atau tidak). Pengecualian pada supermarket lokal (inisial L) yang ada di kota saya (Solo), kasirnya tidak pernah menanyakan kepada pembeli mengenai penggunaan kantong plastik, pembeli datang dengan belanjaan, melakukan scan harga, ambil kantong plastik, menata belanjaan di kantong plastik dan memlakukan proses billing.

Dengan berjalannya waktu, program ini ternyata menjadi beban bagi toko modern. Bukan hanya toko L yang tidak lagi menawarkan/menjelaskan kepada pelanggan mengenai penggunaan kantong, toko modern lainnya pun juga ikutan. Bahkan perkembangan terbaru yang saya temui, di supermarket berinisial H, saat saya bilang kepada kasir

"Mbak belanjaannya dimasukin sini saja." sambil mengulurkan kantong belanja yang saya bawa. 

Mbak kasir menjawab sambil tersenyum manis 

"Sekarang kantong plastik tidak berbayar koq pak."

Saya cuman bisa melongo. Sayangnya saya tidak menanyakan lebih lanjut, apakah ini kebijakan internal dari perusahaan, atau memang program pemerintah ini dihapuskan. Apapun itu alasannya seharusnyalah program diet kantong plastik ini diteruskan. Bahkan kalau bisa harga kantong plastiknya dinaikkan bukan hanya Rp 200,00 tapi Rp 5.000,00 atau bahkan Rp 10.000,00 sehingga pembeli akan lebih peduli untuk membawa sendiri kantong belanja dan pihak toko modern pun juga akan berpikir untuk menggratiskan (menanggung harga kantong plastiknya). 

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes