Sumber gambar: Bingkai Pelangi |
Hari minggu (22/01/2012) kemarin saya menemani anak-anak outing class ke Jogja. Pertama kami ke Musium Gula Gondang Winangoen, kemudian ke Musium Jogja Kembali (MonJali) dan terakhir sore harinya bersantai di Pantai Parang Tritis (Paris).
Untuk kegiatan di Gondang Winangoen dan Monjali seperti biasa kegiatan belajar, anak-anak mencatat penjelasan petugas dan atau apa yang ada di sana, sedangkan kami mendampingi di belakang. Acara terakhir yang paling dinanti dan disukai oleh semua (baik siswa maupun guru) karena kami semua bisa bersantai.
Berjalan-jalan di Paris rasanya beda banget dengan jaman dulu. Sekarang pantainya tambah ramai, bangunan-bangunan tambah padat dan pantai tambah kotor dengan limbah wisatawan (berbagai macam plastik pembungkus, kertas, batok kelapa, dll). Pas lagi jalan-jalan saya melihat ada orang yang jualan berbagai macam seafood goreng tepung, ada kepiting kecil, udang, belut laut, ikan laut kecil, dan satu lagi yang bentuknya agak aneh (menurut saya) dan katanya merupakan khas di pantai Parang Tritis, namanya adalah Undur-Undur Laut.
Iseng-iseng saya tanya harganya. Rupanya semua dibandrol sama, entah belut laut goreng, udang goreng, kepiting goreng, ikan goreng maupun undur-undur laut goreng dihargai Rp 5.000,-/bungkus. Saya coba tawar 3 bungkus Rp 10.000,- eh dikasih juga. Lumayan lah, hehehe.
Sambil menunggu pedagang membungkuskan pesanan saya, saya coba mencicipi undur-undur laut goreng tersebut. Rasanya agak aneh, saya pikir, "Yah namanya juga jualan gorengan di pinggir jalan, maklum lah kalau bumbunya hanya garam dan bawang, serta minyak gorengnya berkali-kali pakai, lagipula harganya juga cuma segitu."
Begitu sampai dirumah, ketika akan saya makan, saya mencium aroma yang kurang sedap. Aroma makanan yang out of date. Saya lihat satu persatu, dan ternyata benar, makanan tersebut tidak digoreng kering betul, di bagian dalamnya masih ada yang basah, dan kemungkinan makanan tersebut sudah berusia lebih dari 1 hari.
Yah.... Langsung saja makanan tersebut saya buang, takut sampai terjadi apa-apa kalau dikonsumsi. Sangat disayangkan hal itu sampai terjadi. Sesuatu yang seharusnya menjadi trade mark makanan khas/oleh-oleh, yang menarik perhatian pengunjung, tidak diberdayakan dengan baik. Coba kalau undur-undur lautnya di bumbui dengan lebih baik, dimasak lebih matang dan di kemas dengan kemasan yang lebih menarik. Saya rasa akan disukai banyak orang dan benar-benar menjadi primadona oleh-oleh di Pantai Parang Tritis. Semoga ada pihak berwenang atau pengusaha yang melihat hal ini sebagai peluang.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar disini. Mohon maaf komentar berupa spam, scam dan iklan akan dihapus