Monday, 25 November 2013

[Review] Mie Ayam Surabaya Pak Dul

Parkir nya selalu penuh

Sedikit keluar dari kota Solo, jika kita hendak menuju Sukoharjo atau Wonogiri, maka kita harus melewati daerah Solo Baru. Solo Baru sebagai kota satelit Solo, berkembang dengan pesat, berbagai macam kuliner bisa kita temui disini, dari mulai kuliner tradisional sampai kuliner modern, dari kuliner kaki lima, sampai dengan sekelas restoran ataupun mall.

Salah satu kuliner yang ramai dan terkenal di Solo Baru adalah warung ini yang terletak di sebelah utara bekas Atrium Solo Baru. Sebuah warung tenda yang tidak begitu besar dan semakin terasa sesak karena banyaknya pengunjung yang makan disini.

Pak Dul in action

Menu yang ditawarkan oleh warung ini antara lain mie ayam original, mie ceker, mie pangsit, mie bakso, dan mie bakso pangsit. Selain menu mie, warung ini juga menawarkan menu pangsit kuah, bakso kuah dan bakso pangsit kuah.

Yang membedakan warung makan ini dengan warung mie ayam pada umumnya adalah pada penyaiannya. Jika kita memesan mie, maka kita akan disajikan 2 mangkuk, satu mangkuk berisi mie, sayur (sawi) dan daging ayam giling yang sudah di masak, satu mangkuk lagi berisi kuah, irisan daun bawang dan isian sesuai pesanan kita (ceker, bakso ataupun pangsit).
Tampilan Mie nya
Untuk mie nya sendiri dimasak tidak begitu matang (hanya 1/2 - 3/4 matang). Beberapa orang suka dengan cara masak mie yang seperti ini, namun beberapa tidak. Yang jelas dengan dimasak hanya 1/2 - 3/4 matang, mie masih kerasa keras (kalau pesan untuk dibawa pulang tidak benyek), sayangnya cara masak seperti ini membuat aroma tepungnya masih kerasa. Hal ini bisa dikurangi dengan penggunaan bumbu dengan aroma tajam (warung ini menggunakan kecap ikan pada bumbunya). 
Ceker yang memikat

Pada kesempatan kali ini saya memesan mie ceker, sementara teman saya memesan mie pangsit dan bakso pangsit kuah. Penampilan kuah cekernya bersih, dengan kuah bening dengan sedikit minyak diatasnya, cekernya dibersihkan dengan baik, tidak ada kuku maupun sisa kulit yang menempel. Rasa kuahnya kalem, tidak ada bumbu yang menonjol, sehingga memudahkan kita untuk "berkreasi" jika kita hendak menambahkan sambal, saos ataupun kecap ikan. Pun jika kita tidak suka menambahkan apa-apa rasanya sudah enak terlebih karena pada mangkuk mie nya sudah ada berbumbu. Saya pribadi lebih suka menambahkan sambal ke mie saya, sambal bawang biasa ditambahkan pada kuah ceker semakin terasa nikmat dinikmati siang hari yang panas.

Bakso Pangsit

Baik bakso maupun pangsitnya juara. Daging baksonya lembut, tidak ada serat ataupun urat yang suka nyelip di gigi, Sementara pada pangsit menggunakan daging yang digiling kasar, sehingga masih terasa tekstur dagingnya, dibungkus dengan kulit pangsit yang lembut. Lagi-lagi dengan tambahan sambal, sajian ini semakin terasa nikmat. Feels like heaven in a bowl #halah #mulailebay

Kekurangan dari warung ini adalah tempatnya yang kecil, sementara pengunjungnya banyak, sehingga tak jarang harus menunggu untuk mendapatkan tempat duduk. Namun hal tersebut di imbangi dengan pelayanan yang cekatan. Saat ramai sekalipun, sekitar 15 menit setelah kita memesan, makanan kita sudah tersaji. Sedikit tips, sebaiknya pesan ke bagian yang masak, jangan ke pelayan yang mengantar makanan/ membersihkan meja, karena kadang suka dicuekin :))

Satu hal yang sering menjadi pertimbangan jika makan di warung kaki lima adalah masalah kebersihan. Walaupun warung ini kecil dan ramai dengan pengunjung namun untuk ukuran warung kaki lima kebersihan warung ini terjaga dengan baik. Mangkuk dan gelas yang sudah terpakai serta kotoran yang ditinggalkan pengunjung tidak banyak bertebaran.

4/5 bintang saya berikan untuk warung ini. Jika anda melewati Solo Baru tak ada salahnya untuk mencoba, terlebih kalau anda suka dengan mie.

Warung Mie Ayam Surabaya Pak Dul terletak di samping bekas Atrium Solo Baru, dari arah Solo, sebelum traffic light patung Pandawa belok kiri kurang lebih 100 meter.

Wednesday, 20 November 2013

[Review] Panties Pizza


Sesekali boleh dong ya nyicipin makanan bule? *pertanyaan retoris dan tak perlu dijawab* :D

Kali ini saya mencoba makanan dari Italia, yaitu Pizza, dan kedai Pizza yang saya kunjungi adalah Panties Pizza. Pertama kali denger namanya, yang terlintas di pikiran adalah pakaian dalam, entah saya yang piktor, atau memang strategi pemasaran dari pemilik restoran ini.


"Keanehan" lain yang akan kita dapatkan di kedai pizza ini adalah dalam hal pemesanan makanan, kalau biasanya kita duduk manis dan dilayani, maka disini sedikit berbeda. Tidak ada pelayan yang menyapa kita di pintu masuk, mempersilahkan kita duduk dan kemudian "taking order" (melayani pesanan). Jika kita hendak memesan, kita harus datang ke kasir, memilih menu, membayar sambil membawa minuman kita dan kemudian memilih tempat duduk.

Bagaimana dengan pizza pesanan kita? Sebelum meninggalkan kasir, petugas memberikan semacam pager yang akan berbunyi ketika pesanan kita siap. Dan setelah menunggu kurang lebih 15 menit, pager pun berbunyi dan kita bisa mengambil pizza kita di meja kasir.

Kedai Pizza ini hanya menyajikan satu jenis pizza yaitu pizza calzone, pizza lipat yang berbentuk seperti kue pastel, yang membedakan adalah isiannya. Kali ini saya memesan Chicken Pizza, sementara teman saya memesan 1001 Nights Pizza dengan ekstra keju. 

Pizza calzone yang telah dipotong dihidangkan diatas "piring" dari anyaman rotan dan di tutup/ dibungkus dengan kertas roti. Chicken Pizza berupa adonan kulit pizza tipis yang di isi dengan potongan daging ayam yang cukup besar dengan keju mozzarela, sementara 1001 Nights Pizza berisikan daging sapi giling dengan bumbu kebab (gulai). Keduanya sama enaknya, sama-sama menyenangkan untuk dinikmati di sore hari. Satu hal yang menjadi ganjalan adalah, kami memesan ekstra keju untuk 1001 Nights Pizza (dengan tambahan biaya tentu saja), tapi entah kenapa kami tidak mendapatkan ekstra nya, antara Chicken Pizza tanpa ekstra keju dan 1001 Nights Pizza terasa sama saja kejunya.

Sebagai teman makan pizza kami memesan Choco Wild Ice dan Hulk (Green) Tea Ice, dari namanya dan juga harganya (masing-masing Rp 10.000,-) kami berharap rasa yang mantap dan orisinal dari kedua minuman tersebut, namun Choco Wild nya terasa seperti minuman Milo (terlalu samar rasa coklatnya), sementara untuk Hulk Tea nya, berasa seperti Teh rasa buah botolan.


Satu hal yang jadi nilai lebih dari kedai makan ini adalah suasananya, meja-meja dan kursi-kursi kayu tanpa finishing ditata di halaman rumah model lama menjadi tempat bagi para pelanggan menikmati makanan dan juga suasana. Cukup nyaman menurut saya, dan saya rasa banyak orang lainnya karena kedai ini selalu ramai tiap harinya.

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, 3,5/5 bintang saya berikan untuk kedai pizza ini. Quiet tricky on choosing the menu, recomended lah untuk tempat nongkrong yang nyaman tanpa harus menguras kantong terlalu dalam.

Panties Pizza terleta di Jl Kebangkitan Nasional No. 63 Penumping Solo, sebelah barat sate Yu Rebi, tempatnya cukup strategis dan mudah di cari.

Saturday, 9 November 2013

[Resep] Lodeh 30 Menit



Masakan ini saya buat kemarin pagi sebelum berangkat sekolah, berhubung kakak nggak masak dan kasihan babe klo nggak ada sayuran. Seperti biasa menggunakan jurus masak-sayur-apa-saja-yang-ada-di-kulkas-hari-ini, buka kulkas hanya ada kacang panjang, terung dan santan instant. Tanpa banyak basa-basi langsung saja saya masak sayur lodeh, dan ternyata tidak membutuhkan waktu lama untuk memasaknya, dari persiapan - matang siap disantap kurang lebih hanya 30 menit saja. Oh iya, resep saya ini tidak otentik resep lodeh, kayaknya ada bumbu yang kurang deh, berikut resep dan cara pembuatannya.

BAHAN-BAHAN
500 air
4 siung bawang putih, iris
2 siung bawang merah iris
2 lembar daun salam
1 cm lengkuas
1 ruas kencur
5 buah cabe kering
10 batang kacang panjang, potong 2 cm
1 buah terung ukuran sedang, potong dadu
2 sendok sayur santan instant
Garam dan gula secukupnya

CARA MEMBUAT
  1. Rebus air bersama bawang putih, bawang merah, daun salam, lengkuas, kencur dan cabai sampai air mendidih
  2. Masukkan kacang panjang dan terung, aduk rata
  3. Tambahkan santan instant, aduk, masak hingga mendidih kembali (sayuran empuk)
  4. Tambahkan garam dan gula secukupnya.
  5. Hidangkan dengan sambal terasi dan ikan asin goreng.
CATATAN
  • Gula pasir bisa diganti dengan gula Jawa.
  • Jumlah santan sesuai dengan selera, mau encer atau kental.
  • Sayuran lain yang bisa digunakan: wortel, labu siam, kulit melinjo, daun melinjo, dll.

Wednesday, 6 November 2013

[Review] Warung Bakmi Pak Hasan


Saat jaman kuliah, hunting kuliner merupakan suatu acara wajib untuk anak kost. Bukan untuk sok-sok an, tapi memang untuk mencukupi kebutuhan perut yang kelaparan. Itupun juga harus pintar-pintar mencari warung makan yang murah meriah (dan syukur-syukur enak)

Setelah sekian lama lulus kuliah saya dan seorang teman mampir ke sebuah warung bakmi di daerah Mendungan, sambil menunggu pesanan kami datang, teman saya ini bercerita kalau warung makan ini sebelumnya berada di pojokan depan swalayan Relasi (sekitar 100 meter dari lokasi yang sekarang).

Dulu, saya lumayan sering jajan di warung makan ini, biasanya pesan bungkus untuk dimakan di kost. Jarang makan di tempat karena lumayan ramai dan tempatnya tidak terlalu besar.

Tak berapa lama, pesanan kami pun datang. Saya memesan bihun rebus sementara teman saya memesan mie goreng. Masih sama seperti yang saya ingat dulu, aroma bawang putih langsung tercium kuat begitu piring berisi bihun rebus diletakkan di hadapan saya. 

Dan masih seperti yang saya ingat juga, gagrak atau ubo rampe/kelengkapan di dalam mangkuk masih sama seperti dahulu. Sebagai teman pelengkap bihun ada sayuran (sawi hijau) beserta potongan jamur kuping, bakso, telur, suwiran daging ayam dan potongan adonan tepung (fish cake?).

Dari 2 pesanan kami, saya pribadi lebih menyukai bihun rebusnya. Rasanya ringan dan segar, terlebih ketika saya tambahkan gerusan cabe rawit. Secara umum, menyenangkan dan nyaman makan di warung ini, tempatnya juga bersih dan cukup tenang (tidak seramai dahulu). 3,5/5 bintang saya berikan untuk warung ini. Patut untuk dicoba



Menu dan daftar harga, cukup terjangkau untuk kantong mahasiswa:


Lokasi dari Warung Bakmi Pak Hasan:



Sunday, 3 November 2013

[Resep] Sambel Tumpang Ala-Ala


Rencana awalnya mau bikin tempe kemul biasa, namun apa daya ternyata yang ada di kulkas tempe semangit. Putar haluan, tempe yang ada saya olah menjadi sambel tumpang sebuah olahan tradisional yang terkenal dari kota Boyolali. Saya sebut ala-ala karena bumbunya tidak selengkap sambel tumpang yang sebenarnya. 

Pada resep aslinya menggunakan cabe merah segar, tapi saya ganti dengan cabai rawit kering. Berikut bahan dan cara membuatnya.

BAHAN-BAHAN
1 papan tempe (kurang lebih 200 gr) potong dadu, cuci, tiriskan
500 ml air
4 siung bawang putih, geprek
1 ruas kencur
1 cm lengkuas
3 lembar daun salam
2 siung bawang merah iris kasar
10 buah cabe kering
1 sdm ebi kering, rendam air panas, tiriskan
1 ssendok sayur santan instan campur dengan segelas air 
1/2 sdt merica halus
garam dan gula secukupnya

CARA MEMBUAT
  1. Rebus 500 ml air bersama tempe, bawang putih, kencur, lengkuas, daun salam, ebi dan bawang merah hingga mendidih dan air berkurang separuhnya, kecilkan api.
  2. Tekan-tekan tempe hingga agak hancur dengan menggunakan sendok sayur, masukkan santan masak kembali (jika dirasa kurang bisa ditambahkan air).
  3. Setelah mendidih kembali masukkan merica, garam dan gula. Aduk rata, angkat dan siap untuk disajikan.
KETERANGAN
  • Tempe semangit adalah tempe yang sudah "kadaluarsa" terlihat pada perubahan bentuk dimana tempe menjadi lebih lembek dan berwarna. Tempe semangit biasa juga dikenal dengan nama tempe bosok, di Boyolali tempe yang digunakan sebagai bahan baku utama Sambel Tumpang adalah tempe yang sudah "kadaluarsa" lebih dari 7 hari, sehingga bentuknya sudah sangat lembek dan berbau tajam yang dicampur dengan tempe biasa. Aroma dari tempe bosok inilah yang pada akhirnya menimbulkan cita rasa yang khas pada produk akhir Sambel Tumpang.
  • Pada resep asli, mulanya tempe beserta bumbu direbus dengan sedikit air (kurang lebih 1 gelas) sampai air habis, kemudian di uleg kasar baru kemudian direbus lagi dengan santan cair.
  • Sambel Tumpang bisa ditambahkan tahu (baik tahu goreng, tahu putih ataupun tahu kuning) dan juga krecek (kerupuk kulit), yang ditambahkan pada perebusan kedua (setelah ditambahkan santan).
  • Selain itu juga bisa ditambahkan daging (biasanya sapi) yang direbus tersendiri atau direbus bersama tempe sejak awal memasak.

[Review] Es Krim Tentrem Yang Bikin Tentrem


Sebenarnya saya jarang secara khusus hunting kuliner, terlebih kalau di luar "jangkauan wilayah" saya. Biasanya kalau mau ke satu tempat baru nyari referensi tempat makan di daerah tersebut. 

Es krim Tentrem sendiri sebenarnya di luar jangkauan wilayah saya, namun karena "terprovokasi" oleh postingan mas Andika disini akhirnya sayapun memutuskan untuk pergi ke Es Krim Tentrem.

Agak susah juga untuk menemukan toko es krim ini, terletak di deretan pertokoan di jalan Jend. Urip Sumoharjo Solo. Tidak seperti toko lainnya yang heboh dengan dekorasi agar "terlihat" oleh calon pembeli. Di depan Toko Es Krim Tentrem hanya ada baliho diatas pintu masuk yang menunjukkan bahwa toko tersebut bernama Tentrem yang menjual es krim.

Sederhana, itu kesan yang saya dapatkan saat masuk kedalam toko, ruangan yang tidak terlalu luas, hanya terdapat 4 pasang meja rotan beserta kursi yang juga terbuat dari rotan yang sudah mulai kempes busanya. Tidak seperti restoran lain yang menawarkan suasana interior yang modern atau tradisional. 


Kesederhanaan lainnya datang saat pelayan memberikan sebuah album foto (yang biasa kita dapatkan sebagai hadiah saat mencetak foto) yang ternyata merupakan daftar menu sajian yang ditawarkan oleh Es Krim Tentrem. Di dalamnya terdapat foto-foto sekaligus harga dari es krim yang ada. Oh iya, tips untuk memesan, pada kebanyakan gambar hanya ada 3 jenis es krim yaitu coklat, vanila dan strowberi. Tapi sebenarnya ada banyak pilihan lain yang bisa kita pesan, ada rasa anggur, rum raisin, durian dan lain sebagainya.

Tak perlu menunggu lama, pesanan kamipun datang. Es krim yang kami pesan Banana Split dengan rasa anggur, rum raisin dan strowberi, Tutti fruti, es krim cup rasa rum raisin dan es krim bungkus (lupa namanya) yang terdiri dari 3 rasa es krim.

Pertama kali yang saya rasakan sewaktu mencicipi es krimnya adalah kalem, tidak terlalu creamy dan juga tidak terlalu manis. Mengingatkan saya dengan es krim buatan rumahan. Banana Split nya seru, karena selain terdiri atas 3 rasa es krim, tambahan buah kaleng, pisang juga sus kering dan wafer stick nya bikin seru makannya. My personal favourite would be Rum Raisin, selain karena jarang nemu es krim dengan rasa ini, juga karena rasanya yang kalem perpaduan antara rum dan juga raisin hampir seperti sherbet IMO. Favorit saya yang kedua adalah rasa vanila, bikin meleleh waktu memakannya.

Oh iya, jangan takut untuk pesan rum raisinnya karena tidak akan membuat anda mabuk :D Selain itu ada beberapa jenis es krim yang di jual dalam bungkus yang terdiri dari beberapa rasa yang tidak bisa kita pilih rasa mana yang kita suka, jadi untung-untungan gitu deh :D

Kekurangan dari Es Krim Tentrem ada pada menunya yang kurang detail, ada baiknya kalau ditambahkan daftar rasa es krim yang tersedia, sehingga pelanggan tidak perlu bertanya 

Salah satu tempat yang patut untuk direkomendasikan jika anda main ke kota Solo, jika anda suka es krim mencari tempat makan yang nyaman, beda dengan yang lainnya, tidak rame dan tidak perlu antre, coba lah untuk kesini. Tidak ada alayer yang ngobrol heboh seakan-akan dunia milik mereka sendiri dan menganggu pelanggan lain. 4/5 bintang saya berikan untuk Es Krim Tentrem. Selamat mencoba :)



Monday, 16 September 2013

[Review] Warung Rujak Cingur


Sebenarnya ini pengalaman hunting kuliner saya beberapa waktu yang lalu, cuman rupanya belum sempat saya tuliskan disini, jadi sekaranglah saatnya untuk menuliskannya :D
Biasanya tempat makan yang menyajikan makanan yang berasal dari daerah tertentu di daerah lainnya, rasanya tidaklah se autentik aslinya. Tapi untuk makanan yang satu ini, saya tidak mempunyai referensi asli (alias saya belum pernah mencicipi kuliner ini di tanah kelahirannya).

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengunjungi dua buah warung yang sama-sama menyajikan Rujak Cingur sebagai salah satu menunya. Warung yang pertama terletak di Jl. Ronggowarsito 148 Solo, berada di sebelah barat RS. PKU Muhammadiyah, sebelum perempatan Tiga Serangkai sebelah kanan jalan (Utara jalan). Warungnya tidak terlalu besar namun cukup mudah untuk ditemukan karena banner yang menutupi bagian depan dan samping dari warung tersebut.

Seperti yang telah saya sampaikan di awal, saya belum pernah menjumpai rujak cingur yang otentik, dan tak berapa lama saya menunggu setelah memesan, inilah yang disajikan kepada saya:



Berbabagai macam sayuran dan buah-buahan yang dicampur dengan saus yang berwarna hitam (nyaris) pekat ditambah 1 buah kerupuk udang. Sayuran yang dipakai berupa kangkung dan taoge, sementara buah-buahan yang dipakai ada bengkoang, nanas dan juga mentimun, ditambah dengan beberapa potongan cingur (lidah sapi) dan tidak lupa potongan lontong. Sedangkan saos hitam yang digunakan merupakan campuran antara petis, kacang tanah dan berbagai macam bumbu.

Rasa yang mendominasi adalah rasa segar dari sayur dan buah-buahan, sedangkan untuk sausnya, rasa dan aroma petisnya terasa kuat dan mendominasi keseluruhan. Sedangkan untuk cingurnya tidak berbau amis. Cukup nyaman untuk dinikmati.

Sebagai teman makan rujak cingur, saya memesan semangkuk es kolak. Yang saya suka dari es kolak disini adalah tampilan dan rasanya yang homy banget. Kolak yang hanya berisi potongan pisang kepok dengan rasa gula jawa yang mendominasi serta aroma vanila yang hanya tipis, dan manisnya pas di lidah saya, tidak kemanisan (dan saya yakin mereka tidak menggunakan pemanis buatan).

Warung yang kedua berada di Jl. RA Kartini, tepatnya di samping parkiran Supermarket/Kafe Atria. Warung ini lebih ramai dibanding warung sebelumya, bisa jadi salah satunya karena faktor lokasi yang lebih strategis.

Sama seperti warung sebelumnya, di warung ini menjual berbagai macam jenis rujak dan rujak cingur salah satu menu yang ditawarkan.

Setelah beberapa saat saya menunggu, inilah yang disajikan ke hadapan saya: 



Penampilannya berbeda dengan warung pertama, kerupuk udang digantikan kerupuk merah yang biasa digunakan untuk gado-gado. Sedangkan untuk saosnya relatif lebih berwarna coklat tua, bukan hitam seperti pada warung pertama.

Komposisi isian relatif sama, ada sayuran kangkung, taoge, buah-buahan berupa bengkoang, mentimun, nanas serta potongan cingur dan lontong. Berbeda dengan warung yang pertama, disini rasa kacangnya lebih mendominasi, seperti saus kacang dengan sedikit sentuhan petis di dalamnya. 

Saya suka keduanya, dengan perbedaan rasa dan tampilan dari masing-masing, patut dan layak untuk dicoba kedua-duanya. 3,5 bintang untuk masing-masing. 

Tuesday, 3 September 2013

[Resep] Pisang Bakar Cokelat


Camilan yang praktis dan mudah dalam membuatnya. Cocok disajikan baik panas maupun dingin untuk teman minum teh atau kopi di sore hari. Berikut bahan dan cara pembuatannya

BAHAN-BAHAN
4 buah pisang raja/ kepok, kupas
1 sdm mentega
Susu kental manis rasa cokelat secukupnya
Meises warna-warna secukupnya

CARA MEMBUAT
  1. Lelehkan mentega diatas wajan dadar, bakar pisang hingga kecoklatan (tiap sisi 5 menit), angkat, sisihkan.
  2. Pipihkan pisang dengan punggung sendok, tata diatas piring saji.
  3. Siram dengan susu kental manis kemudian taburi dengan meises, siap untuk disajikan
CATATAN
  • Untuk variasi bisa ditambahkan taburan kacang/ mede cincang dan 1 scoop es krim.

Monday, 2 September 2013

[Resep] Pepes Mie


Bosan dengan penyajian mie yang itu-itu saja? Pengen modifikasi tapi yang tidak ribet? Resep berikut bisa jadi referensi anda untuk menyajikan mie dalam bentuk lain. Berikut bahan dan cara membuatnya.

BAHAN-BAHAN
250 gr mie telor kering
2 butir telur
1 buah wortel ukuran besar, potong dadu kecil
1 buah tomat ukuran sedang, buang bijinya, potong dadu
1 buah tahu ukuran besar, potong dadu 
3 cabe merah, iris serong
Air untuk merebus secukupnya
1 sdm minyak goreng
Garam secukupnya
Daun pisang untuk membungkus


BUMBU-BUMBU
4 siung bawang putih
1 sdt ebi kering, rendam air panas, tiriskan
Garam dan merica secukupnya
1 sdt gula pasir

CARA MEMBUAT
  1. Rebus air, garam dan minyak sampai mendidih, masukkan mie telor, masak hingga 1/2 matang (kurang lebih 10 menit), angkat, bilas dengan air dingin, tiriskan.
  2. Haluskan semua bumbu, sisihkan.
  3. Campur mie, bumbu yang sudah dihaluskan, wortel, tahu, tomat dan cabe iris, tambahkan telur, aduk rata.
  4. Bagi adonan menjadi 5 bagian, bungkus masing-masing bagian dengan daun pisang, bentuk seperti lontong, sematkan dengan lidi.
  5. Panaskan kukusan, kukus adonan selama 30 menit, angkat, tiriskan.
  6. Sebelum dihidangkan bakar sebentar sampai daun kecoklatan, sajikan dengan saos sambal botolan.
  7. Untuk 5 porsi.
CATATAN
  • Rebus mie 1/2 matang agar hasil akhir tidak terlalu lembek.
  • Untuk sayuran dan isian bisa disesuaikan dengan selera, bisa ditambahkan cincangan daging bila suka.
  • Penggunaan minyak goreng sewaktu merebus mie agar mie tidak saling melekat satu sama lain.
  • Saat meniriskan mie, segera siram dengan air dingin air proses pemasakan berhenti, sekaligus membilas kotoran yang ada pada mie.

Wednesday, 28 August 2013

[Review] Kuliner Kenangan


Salah satu tempat makan di seputaran kota Solo yang menyandang nama "Sederhana". Terletak di Jl. A. Yani Pabelan Kartasura, masih di seputaran kampus UMS. Tempat makan ini termasuk kuliner kenangan bagi saya karena sewaktu kuliah di UMS, saya beberapa kali makan disini.

Dan setelah sekian tahun, akhirnya saya berkesempatan untuk kembali merasakan makan disini. Selain tempatnya yang sedikit bergeser dari tempatnya semula serta tampilannya, hampir tidak banyak perubahan, ibu yang melayani juga masih yang lama. Dan lebih dari apapun, rasa masakannya masih sama enaknya dengan yang saya ingat ketika dulu makan disini.

Tempat makan ini menyediakan berbagai macam masakan khas jawa. Kebanyakan olahan daging dari mulai daging ayam, ikan, daging sapi beserta jerohannya. Sedangkan untuk sayurannya hanya ada gudeg dan juga trancam (semacam sayur urap).



Disini kita bisa dengan bebas memilih menu apa saja yang kita mau, mempadupadankan semua masakan yang ada disana pun juga tidak dilarang. Favorit saya adalah sayur trancam (urap), sedangkan untuk lauknya kemarin saya memilih ayam goreng dan oleh ibu penjualnya ditambah kuah salah satu masakan yang ada disana (entah apa namanya).

Masakannya mantap, porsinya jumbo, jadi kalau anda bukan "pemangsa" bisa minta porsinya untuk "dikecilkan" :D (oh iya, foto diatas adalah porsi 1/2, bisa kebayang kalau porsinya full?) 

Tempatnya sendiri cukup nyaman, model lesehan sederhana (seperti namanya), tapi bersih, cozy kalau anak gahul bilang :p Harga di warung ini cukup terjangkau (tapi kalau jaman kuliah dulu cukup mahal sih, maklum mahasiswa mepet XD). Tergantung pada lauk yang kita ambil (untuk 1 porsi nasi + minum kisaran harga 10 ribuan.

Warung Lesehan Sederhana terletak di Jl. A. Yani, Pabelan Kartasura, tepatnya di sebelah barat SPBU Pabelan, di Utara jalan. Buka mulai pukul 19.00

3.5/5 bintang untuk warung makan ini, rekomendasi saya, wajib untuk dikunjungi :D

Tuesday, 13 August 2013

[Resep] Gulai Kepala Ikan Bakar


Masa Lebaran seperti sekarang ini, sering kali kita temukan berbagai macam makanan di atas meja makan kita, baik masakan kita sendiri ataupun hantaran dari tetangga, saudara dan handai tolan. Sayangnya kita juga sering menemukan sisa dari masakan kita tersebut yang sering kali pada akhirnya harus kita buang, walaupun masih enak untuk di makan.

Sangat disayangkan kalau kita harus membuang makanan-makanan tersebut, dengan sedikit kreatifitas, waktu dan tenaga kita bisa menciptakan makanan baru dari sisa-sisa makana tersebut, resep berikut merupakan salah satu contohnya. Semoga bisa menginspirasi anda

BAHAN-BAHAN

500 ml kuah kare
4 siung bawang putih, iris halus
2 siung bawang merah, iris halus
2 buah kepala ikan gurame bakar ukuran sedang
4 lembar daun sawi putih, potong 1 cm
Kecap dan saos cabai secukupnya

CARA MEMBUAT
  1. Didihkan kuah kare bersama bawang putih dan merah
  2. Tambahkan kecap dan saos cabai, aduk rata
  3. Masukkan kepala ikan bakar, biarkan mendidih selama dua menit
  4. Sebelum diangkat tambahkan potongan daun sawi, biarkan hingga layu
  5. Angkat, siap disajikan dengan nasi hangat
CATATAN

  • Kare merupakan masakan besantan khas Jawa Tengah (bisa dengan mudah kita temukan di kota Solo dan Jogja), seperti gulai dengan kuah kuning encer dengan citarasa cenderung manis.
  • Kuah kare bisa diganti dengan kuah lainnya sesuai selera
  • Daun sawi bisa diganti dan dikombinasikan dengan sayur lain yang ada di kulkas sesuai dengan selera anda.
  • Kepala ikan bisa diganti dengan ikan bakar utuh atau ikan asap.

Monday, 12 August 2013

[Review] Selat Vien's Solo

Saya bahagia akhirnya bertemu dengan kawan dan lawan yang menemani saya dalam kluyuran menikmati kuliner di kota Solo, seseorang yang bisa memberi saya masukan tempat makan mana yang bisa saya coba dan juga memberikan kritikan terhadap masakan yang ada di tempat makan tersebut, dan berikut ini adalah salah satu dari hasil "perburuan" kami.

Selat merupakan masakan khas dari kota Solo. Bicara mengenai selat kebanyakan orang akan mengacu pada warung selat Mbak Lies yang ada di daerah kelurahan Serenan, namun sebenarnya ada banyak tempat makan yang menyajikan Selat, bahkan tidak sedikit pula yang mempunyai cita rasa yang lebih enak dari warung selat Mbak Lies (untuk yang satu ini tergantung dari selera masing-masing tentu saja).

Selat Vien's berada di Jl. Hassanuddin Pasar Nongko Surakarta, sekitar 200 meter sebelah barat dari Stasiun Balapan. Karena letaknya yang strategis ini, sangat mudah untuk mencarinya bahkan kalau kita seorang pendatang di kota Solo. Tinggal tanya ke tukang becak, nyampe deh di warung ini :D

Selain masakan selat, warung makan ini juga menyajikan berbagai macam masakan lainnya, berikut review saya dari beberapa masakan yang disajikan di warung makan ini.


Ada 2 jenis selat yang ditawarkan disini, yaitu Selat Daging Iga yang menggunakan daging iga sapi dan Selat Daging Cacah yang menggunakan daging sapi yang di cacah dan dibentuk bola-bola. Untuk pelengkapnya ada 1 butir telur pindang utuh, potongan wortel rebus, kentang goreng, keripik kentang, buncis rebus, acar mentimun dan daun selada dengan kuah encer berwarna kecoklatan. Secara keseluruhan rasa dari selat Vien's adalah segar cenderung asam, tidak seperti selat pada umumnya yang cenderung kearah manis. Sangat cocok untuk dinikmati saat makan siang atau saat berbuka puasa. Porsinya cukup mengenyangkan bagi saya, namun tidak terlalu besar pula.



Warung Selat Vien's juga menyediakan masakan sup, ada 3 macam sup yang ditawarkan warung makan ini, yaitu Sup Matahari, Sup Galantin dan Sup Maten. Yang membedakan dari ketiga sup tersebut adalah isiannya, sementara untuk kuahnya sama, kuah daging ayam yang bening. Untuk kali ini kami memesan Sup Matahari, yang berisi berbagai macam sayuran dan cincangan daging ayam berbumbu yang dibungkus dengan kulit lumpia dan dilipat dan dipotong sedemikian rupa sehingga bentuknya seperti bunga matahari (hal inilah yang menyebabkan kenapa disebut sup Matahari). Secara keseluruhan rasa dari Sup Matahari adalah segar, tidak ada bumbu yang mencolok, bagi sebagian orang akan bilang rasanya lempeng. Nah, rasa dari sup ini akan nendang dengan menambahkan potongan cabe rawit yang disediakan diatas meja. Dijamin, bakalan nagih makannya! *temen saya aja sampe mau nambah lagi :))*

Makanan lain yang ditawarkan warung ini adalah Stup Makaroni. Sayangnya kemarin kami tidak nyobain masakan yang satu ini. Kapan-kapan deh :D 


Tidak banyak pilihan minuman yang ditawarkan warung ini, hanya ada teh, jeruk, berbagai softdrink dan minuman botolan serta Es Kopyor. Kopyor yang digunakan merupakan campuran dari kopyor asli dan kopyor buatan yang terbuat dari agar-agar dan santan yang kemudian diberi sirup merah dan es batu. Yang saya suka manisnya pas, tidak kemanisan.

Kekurangan dari rumah makan ini adalah es jeruk yang ditawarkan bukanlah dari perasan buah jeruk tapi dari sirup jeruk (orson) - mungkin lebih tepatnya klo disebut dengan es sirup jeruk kali ya?

Untuk tempatnya nyaman, walaupun tidak terlalu luas dan sering kali ramai dikunjungi pengunjung namun penataannya cukup apik sehingga tidak terkesan berjubel-jubelan. Tempatnya juga bersih baik meja maupun lantainya. Sering kali warung yang ramai suka berdalih karena ramai jadi tidak sempat untuk bebersih, namun tidak untuk warung yang satu ini.

Bicara tentang review sebuah tempat makan, tidak lepas dari bicara soal harga dong? Nah dibawah ini adalah daftar harganya. Oh iya harga tersebut sudah disesuaikan dengan kenaikan harga BBM, cukup murah untuk seporsi selat daging yang enak, menyenangkan dan menyenangkan kita cukup membayar Rp 9.000,-

4/5 Bintang saya berikan untuk warung makan ini, sangat direkomendasikan jika anda berkunjung ke kota Solo. Oh iya, karena rame pengunjung dikarenakan makanannya yang enak dan murah pula, disarankan untuk tidak datang setelah pukul 2 siang di hari biasa jika anda ingin mencicipi Selat Daging Iga nya, karena biasanya jam segitu sudah habis.


Tuesday, 6 August 2013

[Resep] Cap Cay Terong 3 Sawi



Biasanya kita temukan terong dimasak tumis, masak cabe merah, kali ini saya mencoba untuk memasaknya dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu dimasak cap cay. Selain terong, masakan kali ini juga menggunakan 3 macam sawi yaitu sawi putih, sawi hijau dan juga kol (kubis). Oh iya resep ini adalah resep modifikasi, bumbu-bumbu yang digunakan tidaklah serumit dan sebanyak bumbu cap cay asli, berikut resep dan cara pembuatannya

BAHAN-BAHAN

1 buah terong ukuran besar, belah dua memanjang, potong ukuran 1 cm
4 lembar sawi putih, potong 1/2 cm
1/2 ikat sawi hijau potong-potong
1/4 kol (kubis) potong dadu
2 buah wortel, potong serong
100 gr daging ayam, potong dadu
100 gr bakso, iris tipis
200 cc air kaldu

BUMBU

4 siung bawang putih, iris tipis
2 siung bawang merah, iris tipis
2 buah cabe merah, iris serong
Garam dan merica secukupnya
1 sdm kecap manis 
2 sdm saos cabai
1 sendok sayur minyak untuk menumis

CARA MEMBUAT

  1. Panaskan minyak diatas wajan, tumis bawang putih, bawang merah dan cabai hingga harum, masukkan daging ayam dan bakso, masak hingga daging berubah warna.
  2. Masukkan terong, tumis hingga terong layu. Tambahkan wortel, aduk hingga wortel layu
  3. Tambahkan sawi putih, sawi hijau dan kol, aduk rata.
  4. Tambahkan air kaldu, kecap dan saos cabai, aduk rata.
  5. Setelah mendidih bumbui dengan merica dan garam, aduk rata, siap untuk disajikan.
CATATAN
  • Terong dimasukkan pertama kali karena terong agak lama memasaknya dan juga untuk menghilangkan bau khas terong.
  • Untuk variasi daging ayam dan bakso bisa diganti dengan daging sapi, sosis dan bahan olahan daging lainnya.
  • Jika anda lebih suka masakan yang kering maka tidak perlu menambahkan air kaldu (seperti pada gambar)
  • Terakhir, sayuran bisa divariasikan dengan berbagai macam sayuran yang ada di kulkas

Monday, 5 August 2013

[Review] Warung Makan Sederhana


Saya rasa kita bisa menemukan banyak warung makan dengan nama yang sama di kota Solo, puluhan bahkan mungkin ratusan (well... mungkin agak2 lebay sik klo ratusan) warung makan bernama "Warung Makan Sederhana". Ada yang jualan nasi sayur, mie ayam, bakso, dll.

Warung Makan Sederhana yang satu ini khusus menjual nasi goreng dan kawan-kawannya, ada mie goreng, mie rebus, nasi mawut dan masih ada beberapa lagi yang lainnya. Dan untuk kali ini kami memesan mie godog (rebus) dan mie goreng.



Warung Bakmi Sederhana ini berada di Jl. Ahmad Yani daerah Kleco Surakarta, tepat di belakang halte BST (Batik Solo Trans), sesuai dengan namanya warung makan ini secara tampilan sederhana banget, berupa tenda dengan beberapa meja di dalamnya. Tipikal warung pinggir jalan lah. Namun demikian warung ini terjaga bersih, sehingga nyaman makan di sana.

Bicara tentang menu yang kami pesan, mie yang dipakai adalah mie kuning basah dengan campuran sayur berupa sawi hijau dan kol (kubis) dengan suwiran daging ayam kampung dan jerohan ayam dan taburan bawang merah goreng.

Secara pribadi saya lebih suka mie rebus daripada mie goreng, sore menjelang malam dengan angin yang cukup dingin rasanya enak menghirup kuah mie yang kental tersebut. Untuk rasa, mie rebusnya cenderung gurih dan pedasnya merica lebih kerasa, sedangkan untuk mie gorengnya lebih kearah gurih manis dari kecap yang mendominasi, sementara mericanya kurang terasa.

Satu lagi yang mengasyikkan, pada mie rebus ada "harta tersembunyi" yaitu telur dadar/ ceplok yang tertimbun tumpukan mie dan sayuran, it's kinda fun when we found the hidden treasure :D

Untuk harga saya rasa cukup terjangkau, 1 porsi mie rebus, 1 porsi mie goreng + 2 gelas es jeruk cukup di tebus dengan harga Rp 30.000,-

Secara keseluruhan penilaian saya 3 bintang dari 5 bintang untuk warung ini, pengalaman makan yang menyenangkan di warung ini. Patut untuk di coba ^_^

Wednesday, 10 July 2013

[Obrolan Dapur] Sepotong Kecil Surga Diatas Mangkuk

Akhir pekan kemarin, saya berkesempatan untuk menikmati kota Jogjakarta bersama kawan-kawan, dan seperti biasa yang namanya jalan-jalan tentu saja tidak bisa lepas dari wisata kuliner. Berikut ini adalah pengalaman saya ber wisata kuliner selama di Jogja. Namun demikian postingan ini menurut saya lebih pas masuk ke obrolan dapur daripada review, so here goes the stories

Sepotong Kecil Surga Diatas Mangkuk


Selesai menikmati Jogja Fashion Week, kami berdelapan melanjutkan "petualangan" kami dengan makan malam, kali ini pilihan jatuh kepada "Wedangan Pendopo", sebuah tempat makan yang berada di sekitar keraton Jogjakarta. Seperti namanya, tempat makan ini berupa pendopo rumah tua dengan arsitektur Jawa kuno. Walaupun cuma pendopo, tapi ruangannya cukup luas juga. Yah... Kalau cuman mau futsal mah cukup lah :D

Ketika kami memasuki tempat makan ini, pandangan saya langsung tertumbuk pada gerobak di depan pendopo, yang menjual mie serta nasi goreng. Ketika teman-teman yang lain sibuk memilih aneka makanan di meja saji, saya lebih memilih untuk memesan seporsi mie kuah.

Agak lama juga menunggu, but it really is worth it. Semangkuk mie dan bihun dengan kuah berwarna putih diserta sayuran kol dan sawi serta suwiran ayam dan potongan ati ampela dengan taburan bawang goreng terhidang panas di hadapan saya.

And oh my God, I'm in heaven! Dari suapan pertama, saya merasakan rasa yang lembut dari kuahnya, perpaduan bumbu-bumbu yang pas menghasilkan masakan yang amat sangat menyenangkan untuk dinikmati, terlebih saat malam nan dingin. One of the best 30 minutes of my life, saya menikmati suguhan ini hingga hampir tak tersisa.


Cenil Nan Centil




Cenil adalah kudapan khas dari Jawa Tengah dan Jogjakarta, Cenil bisa dengan mudah kita temui di pasar tradisional atau dijajakan di pinggir jalan. Tapiii... Karena saya udah lama tidak blusukan ke pasar, maka sudah lama pula saya tidak menikmati kudapan yang satu ini. Untungnya ketika saya sampai, teman saya habis beli cenil, well... Ini yang namanya pucuk dicinta ulam tiba :D

Cenil terbuat dari tepung kanji warna-warni, berbentuk bulat lonjong (mirip telur ikan) yang direbus kemudian disajikan dengan parutan kelapa dan taburan gula halus. Di penjual jajan pasar pinggir jalan/pasar, cenil terkadang disajikan dengan makanan lain semisal ketan hitam, klepon ataupun yang lainnya (tergantung dari permintaan kita). 

Mentho Bukan Lentho

Jujur saja saya jarang atau bahkan baru pertama kali ini menemukan jajanan yang satu ini, dan sewaktu pertama kali saya melihat makanan ini terbungkus rapi di dalam daun saya pikir ini adalah bebongko pisang. Namun kemudian ibu penjual menjelaskan kepada saya bahwa makanan ini adalah mentho. Mentho merupakan kudapan khas yang bisa kita temui di kota Jogja maupun Solo.

mentho terbuat dari adonan tepung beras yang berisi cincangan daging ayam, disiram santan dan kemudian dibungkus daun pisang untuk kemudian dikukus sampai matang. Rasa dari kudapan ini adalah perpaduan dari gurihnya isian daging ayam dengan manisnya santan, paling cocok untuk teman minum teh/ kopi di pagi atau sore hari.

Oh iya, lentho sendiri merupakan camilan berupa gorengan yang berisi kacang tholo, ada yang menggunakan campuran tepung kanji dan terigu ada juga yang menggunakan parutan singkong (kapan-kapan saya posting tentang makanan ini deh).


Bagel: Perjuangan Untuk Makan


Saya pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat sarapan di hotel tempat kami menginap, rasa masakan tradisionalnya, far from my expectation. Mungkin karena di sesuaikan dengan lidah bule sehingga tidak sesuai dengan lidah saya yang suka masakan yang penuh dengan bumbu. Pada kesempatan berikutnya, ketika sarapan saya lebih memilih makanan bule seperti roti dan sebagainya. 

Pas lagi memilih makanan yang hendak di comot, perhatian saya tertumbuk pada roti yang bentuknya mirip donat dengan ukuran yang lebih besar dan (kelihatan) lebih keras. It was bagel yang saya ambil. Si mbak yang melayani cuman bengong ngeliat saya nggambil bagel, kali-kali aja dia berpikir "Seriously bapak mau makan itu?" :p

Daaaan... ternyata, bukan hanya terlihat keras, tapi emang rotinya keras, pake banget. Susah buat motongnya, pun demikian juga buat makannya, bener-bener perjuangan deh buat makan makanan yang satu ini. 

Selain keras, roti satu ini juga mengenyangkan, pake banget lagi. Satu roti saja kenyangnya bisa tahan sampai sore. 

Oh iya, ini dia tampilan dari bagel utuh, lucu yah bentuknya? :D



Creepy Restaurant

Tempat makan lain yang kami samperin adalah Warung Makan Raminten di daerah Jalan Kaliurang. Tempat makan ini bergaya tradisional jawa, dengan berbagai macam hiasan (patung, ukiran, lukisan) yang sangat Jawa. Furnitur nya pun juga mengesankan Jawa.



Makanan disini kebanyakan makanan tradisional rumahan. Plecing kangkungnya enak walaupun sedikit over cook, tumis terongnya menyenangkan walaupun agak aneh karena banyak kuahnya (baru kali ini ngeliat masakan tumis berkuah, banyak pula). Gurame gorengnya bikin tak berhenti buat mengunyah, walaupun teman-teman bilang kurang garing. Untuk makanan penutup ada es krim bakar, perpaduan antara es krim dengan roti bakar isi coklat, yang bikin rebutan sama si bos kecil :))

Untuk minumnya bisa tuh nyobain wedang sereh, perpaduan antara sereh, jahe dan gula jawa yang disajikan di gelas tinggi. Jangan khawatir dengan tampilan gelas raksasanya, karena isinya juga nggak seberapa, nggak sampai 2x gelas reguler.

Oh iya, kalau makan disini harus sabar karena pelayanannya lumayan lama, bahkan di beberapa tempat di sekitar restoran terdapat "pengumuman" yang kurang lebih isinya mohon untuk bersabar kalau menunggu lama karena pelayan disana orang bodoh.

Gudeg Mercon Yang Tidak Meledak


Gudeg mercon merupakan salah satu varian kuliner di Jogjakarta. Gudeg Jogja terbuat dari buah nangka muda yang mempunyai rasa yang manis, dan tambahan tumisan cabe yang pedasnya ampun-ampunan membuatnya menjadi mercon yang akan "meledak" di mulut. 

Berhubung perut saya udah nggak bisa menerima makanan yang super pedas, maka saya pilih yang aman-aman saya, gudeg tanpa mercon. Kalau menurut saya rasa gudegnya enak, tidaklah terlalu manis seperti gudeg ala Jogja kebanyakan, tidak ada tambahan sambal goreng seperti biasanya, hanya nasi, gudeg dan daging ayam (mungkin karena saya pesan gudeg tanpa mercon kali yak?).

After all, belinya dibungkus buat dimakan di hotel dan saya nggak ikut ke tempat yang jual, yang katanya sampai tersasar ke ujung Jogja - And thank goodness I'm not joining the hunting :))

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes